Minggu, 23 Juli 2017

SKRIPSI -SATRIA SOPIYANDI-FATERNA-UNRAM-2017

  KOMPOSISI BOTANI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM KALIANTAN LOMBOK TIMUR



















Oleh
SATRIA SOPIYANDI
BID O11 257


SKRIPSI



PROGRAM  STUDI  PETERNAKAN




FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2017





KOMPOSISI BOTANI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM
KALIANTAN LOMBOK TIMUR









Oleh
SATRIA SOPIYANDI
B1D 011 257



SKRIPSI

Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat yang Diperlukan
untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan
pada Program Studi Peternakan






FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2017




KOMPOSISI BOTANI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM
KALIANTAN LOMBOK TIMUR



Oleh :

SATRIA SOPIYANDI
B1D 011 257




Menyetujui :

Pembimbing I




Dr.Ir.Imran.M.Si
NIP. 19620104 198603 1 005
Tanggal : 
Pembimbing II




Ir.Mastur.M.Si
NIP. 19611231 198703 1 012
Tanggal : 




Mengesahkan :

Fakultas Peternakan Universitas Mataram,
Ketua Program Studi Peternakan




Dr. Ir. M. Ashari, M.Si
   NIP. 1961 1231 1987031017




DEDIKASI

MOTTO :  Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang benar-benar bermanfaat untuk semua mahluk ciptaan Allah SWT.

SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN KEPADA :

“WAJIB SELAMAT DARI DUNIA SAMPAI HADAPAN ALLAH SWT”

1.  Saya ucapakan terima kasi pada ke dua orang tua saya tercinta yaitu Bapak ( H. Ismail Abdullah Sidiq ) dan Ibu ( Ratemah ), atas berkat ijin Allah SWT, saya bisa lahir ke muka bumi ini sehingga menjadi apa yang diharapakan Bapak dan Ibu.
2.  Bibik (Rasmin) dan paman saya (Asimah) tercinta yang telah mendukung saya dalam segi apapun sehingga saya bias selsai sampai sa’at.
3.  Pacar tercinta (Tika Rabawati) yang telah banyak menyemangati dan membri dorongan agar selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi saya.
4.  Sahabat saya (Novan Adriansyah yang telah banyak membantu saya salam neyelesaikan skripsi dan yang selalu ada dalam suka dan duka.
5.  Teman saya (Bayanur Rahaman, Mustofa Yusriadi, Hartono, Salman Alfairus, Sahrul Muhlisi ) terimakasih atas dukungan dan canda tawa kalian.









KATA PENGANTAR


Puji dan syukur saya panjatkan Kehadirat Allah SWT. Atas Rahmman rahim-Nya saya bisa menyelesaikan penelitian dan menulis skripsi ini hingga selesai yang bejudul “Komposisi Botani Padang Penggembalaan Alam Kaliatan Lombok Timur” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa di dalam tulisan ini mungkin terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak kami sadari, karena pepatah mengatakan sepandai pandai tupai melompat pasti ia akan jatuh, dan oleh karena itu saya sangat berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun guna kesempurnaan penulisan yang akan datang.
Penulis juga menghaturkan ucapan banyak terimakasih kepada:
1.      Dr. Ir. Maskur, M.Si Dekan Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
2.      Dr. Ir. M. Ashari, M.Si Ketua Program Studi Peternakan.
3.      Dr.Ir.Imran.M.Si, Ir.Mastur.M.Si, dan Ir. Uhud Abdullah, MP. yang telah membantu dan membimbing saya dalam nyeselsaikan skripsi ini hingga selasai.
4.      Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
5.      Bapak Lalu Sumber dan Ibu Sri Sulastri yang telah membantu dan membimbing di Laboraturium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram.



      Mataram, 22 Juli 2017

 

       Penulis




DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING................................................................... iii
DEDIKASI....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR...................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix
ABSTRAK......................................................................................................... x
ABSTRACK..................................................................................................... xi
PENDAHULUAN............................................................................................. 1
Latar Belakang...................................................................................... 1
Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 4
Letak Geografis Kaliantan Kabupaten Lombok Timur......................... 4
Padang Penggembalaan........................................................................ 5
Macam – Macam Padang Penggembalaan................................... 6
Komposisi botani.................................................................................. 6
Pengukuran Kapasitas Tampung........................................................... 7
Cara Menghitung Jenis-Jenis HMT/ Komposisi Botani........................ 9
Analisis Laboratorium......................................................................................................... 11
MATERI DAN METODE PENELITIAN1................................................. 12
Bahan Penelitian................................................................................. 12
Alat-alat Penelitian.............................................................................. 12
Cara Penelitian.................................................................................... 12
Variabel Pengamatan........................................................................... 14
Analisis Data....................................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... 15
Tingkat Frekuensi dan Persentase Setiap Tanaman............................. 15
Pengukuran Produksi Biomas Pastura................................................ 20
Pengukuran Daya Tampung................................................................ 20
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 22
Kesimpulan......................................................................................... 22
Saran .................................................................................................. 22
RINGKASAN................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 25
LAMPIRAN.................................................................................................... 27
RIWAYAT HIDU............................................................................................ 39
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI........................................................... 40






















DAFTAR TABEL

                                                                                                                   Halaman
1.      Tingkat Frekuensi Dan Persentase Frekuensi Setiap Spesies Tanaman....... 15
2.      Tabel 2. Pengukuran Daya Tampung........................................................... 20



























DAFTAR LAMPIRAN

                                                                                                                    Halaman
1.      Hasil Penelitian  .......................................................................................... 27
2.      Pengamatan frekuensi tanaman (keseringan) dan bulking.......................... 31
3.      Ranking, Faktor Pengali, Skor dan DW...................................................... 35
4.      Proses pengambilan dan pengeringan sampel.............................................. 36
5.      Kandungan bahan kering (BK) hijauan....................................................... 37
6.      Luas Padang Penggembalaan Kaliantan Lombok Timur............................. 38























ABSTRAK
STUDI KOMPOSISI BOTANI PADANG PENGGEMBALAAN
ALAM KALIANTAN LOMBOK TIMUR

OLEH
SATRIA SOPIYANDI
B1D 011 257

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis hijauan yang tumbuh di padang penggembalaan alam Kaliantan Lombok Timur. Metode penelitian ini, dibagi menjadi dua tahap yaitu pertama metode lempar kuadran secara acak sampai 100 kali cuplikan dan tahap ke dua  analisis proksimat untuk mengetahui kandungan bahan kering hijauan, yang menghasilkan 7 (Tujuh) jenis hujauan yaitu: Desmodium Triflorum, Ishaemum Timorense, Chrysopogon Aciculatus, L.Americana, Cyperus Rotundes, Desmodium SP dan Jatropha. Rata-rata kandungan bahan kering hijauan yang tersedia yaitu: Air 1,54 %, Bahan Kering 24,58 %, Kadar Abu 3,68 % dan Bahan Organik 21.99 %. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komposisi botani padang penggembalaan alam Kaliantan Lombok Timur terdiri dari Desmodium triflorum 35,06 %, Ishaemum timorense 29,48 %, Chrysopogon aciculatus 19, 52 %, L.Americana 9,96 %, Cyperus rotundes 4,78 %, Desmodium SP 0,80 %, dan Jatropha 0,40%. Daya tampung padang penggembalaan Kaliantan Lombok Timur dapat menampung Unit Ternak sebanyak 37.08 UT. Hijauan yang tersedia belum mencukupi kebutuhan ternak yang ada. Untuk memenuhi kekurangan hijauan peternak perlu menanam rumput maupun legume misalkan dengan cara: menanam tanaman legume pakan seperti: (tanaman turi, lamtoro dan gamal), menaanam rumput unggul, memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak.


Kata kunci: Komposisi Botani Padang Penggembalaan Alami
















ABSTRACT
STUDI THE BOTANICAL COMPOSITION OF NATURAL PASTURES KALIANTAN LOMBOK TIMUR

BY

SATRIA SOPIYANDI
B1D 011 257

               This study aims to determine the types of forages that grow in the natural grazing area Kaliantan East Lombok. The method of this research is divided into two stages: first random quadrant throw method up to 100 samples and second stage of proximate analysis to determine the content of dry matter forage, which produces 7 (Seven) types of hujauan namely: Desmodium Triflorum, Ishaemum Timorense, Chrysopogon Aciculatus , L.Americana, Cyperus Rotundes, Desmodium SP and Jatropha. The average content of available forage materials are: Water 1.54%, Dry Material 24.58%, Ash Content 3.68% and Organic Material 21.99%. The result of this research can be concluded that the botanical composition of natural grazing field of Kaliantan East Lombok consists of Desmodium triflorum 35,06%, Ishaemum timorense 29,48%, Chrysopogon aciculatus 19, 52%, L.Americana 9,96%, Cyperus rotundes 4,78% , Desmodium SP 0.80%, and Jatropha 0.40%. The capacity of Kaliantan Lombok grazing pasture can accommodate Livestock Unit of 37.08 UT. The available forage is not sufficient for the existing livestock needs. To meet the shortage of forage farmers need to plant grasses and legumes for example by: planting legume crops such as: (turi, lamtoro and gamal), menajam grass superior, utilizing agricultural waste as animal feed.
 
 
Keywords: Botanical Composition of Natural Pasture Field


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kaliantan merupakan daerah yang berada di ujung selatan Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur, dengan letaknya di pinggir pantai kerap dijadikan wista dan tempat pesta pantai yang diadakan satu kali setahun oleh masyarakat Lombok timur yang dikenal dengan bau nyale. Masyakat di wilayah ini sebagian besar mata pencarianya dari bertani, nelayan dan budidaya rumput laun, sedangkan untuk usaha peternakan masih dilakukan secara tradisional dan sistem pengemblaan ternak secara liar.
Sistem peternakan yang masih secara tradisioanal dikarenakan tingkat pengetahuan masyarakat masih sangat rendah dan peternakan masih di jadikan usaha sampingan, masyarakat justru lebih banyak memilih menjadi petani dan nelayan ini dikarenakn tidak ada instasi pemerintah yang mau turun mengadakan penyuluhan tentang bagaimana tata cara budidaya ternak yang baik dan benar, dengan mengadakan penyluhan  akan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani bagi tubuh disertai perbaikan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan permintaan bahan pangan yang berasal dari ternak semakin meningkat, sehingga menuntut peningkatan produksi dibidang peternakan, maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat dan dapat  mengurangi angka pengangguran dalam negeri, akan tetapi harapan masyarakat tidak pernah terlaksanakan secara baik walapun pemerintah pusat memberikan hak kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya masing-masing (Otonomi Daerah). Khusus untuk masalah peternakan di wilayah ini tidak pernah di tanggapi secara serius oleh pemerintah daerah contoh kecil tidak terdapatnya kandang kelompok jika dilihat dari masalah pemerintah yang sekrang ini pemerintah Indonesia masih mengimpor daging sapi dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pemerintah hendaknya melihat potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang banyak tersedia sebagai sumber pakan ternak supaya masyarkat mau lebih serius dalam membudidayakan ternak dan memanfaatkan limbah-limbah pertanian sebagai pakan ternak, dengan cara tersebut maka masyarakat bisa budidaya ternak secara modern (kandang kelompok).
Sumber daya alam (SDA) yang di miliki daerah ini cukup mendukung untuk di kembangkan usaha peternakan, selaian itu petani  yang di daerah ini setiap tahun selalu mendapatkan hasil pertanian yang berlimpah begitu juga limbah pertanian juga tersedia sangat banyak. Minimnya tingkat pengetahuan tetang beternak dan cara pemanfaatan limbah pertanian  maka limbah tidak bisa dimanfaatkan secara baik.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lombok Timur tahun 2014 Kecamatan Jerowaru memiliki luas lahan pertanian sawah : 4.384 Hektar, lahan pertanian bukan sawah : 8.573 Hektar, lahan bukan pertanian :103 Hektar (1.300 m²), dan memiliki populasi ternak yaitu sapi 15 ekor, kerbau 4 ekor dan kambing 500 ekor ternak, dengan jumlah luas lahan pertanian sawah dan jumlah lahan bukan sawah yang dimiliki masyarakat Kaliantan akan mampu menghasilkan limbah-limbah pertanian yang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak, selain menghasilkan limbah dari sisa pertanian, lahan-lahan marginal yang di tumbuhi rumput hijauan dan legum bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak pada musim kemarau.
Lahan padang penggembalaan alam yang terdapat diberbagai kawasan di Kabupaten Lombok Timur yang memiliki prospek dalam pembangunan peternakan. Khususnya di wilayah Dusun Kaliantan Kecamatan Jerowaru merupakan salah satu daerah yang sangat potensial bagi pengembangan ternak karena daya dukung wilayah berupa lahan bukan pertanian yang digunakan sebagai padang penggembalaan alami bagi ternak. Ketersediaan sumberdaya alam tersebut memberikan peluang besar bagi pengembangan usaha peternakan dengan keadaan wilayah tersebut diharapkan mampu menjadi salasatlumbundaginternak  di Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur guna mendukung Program Bumi Sejuta Sapi (BSS).
Daratan panatai Kaliatan sebagai sumber pakan hijauan untuk ternak sudah lama dijadikan tempat pengembalaan ternak oleh peternakan kecil (peternakan rakyat) khususnya peternak yang berada di sekitaran wilayah Kaliatan Kabupaten Lombok Timur, bahkan bila musim panas datang peternak dari kambupaten Lombok Tengah juga ikut serta dalam memanfaatan hijauan yang tumbuh di kaliatan guna memperoleh pakan untuk ternak yang di peliharanya, ini dikarenakan lahan-lahan basah yang dulu sebagai sumber pakan  untuk ternaknya di ambil alih oleh manusia yang dijadikan sebagai permukiman penduduk, maka dari itu jalan satu-satunya untuk mempertahakan ternaknya peternak yang  ada di wilayah Kabupaten Lombok Tengah tersebut harus rela berjalan berjam-jam untuk sampai di wilayah kaliatan yang merupakan satu-satunya lahan padang pengambalaan alam untuk di jadikan sumber pakan ternaknya. Oleh karena itu dalam upaya untuk meningkatkan tingkat produktivitas dari sistem peternakan ini diperlukan pengetahuan tentang jenis-jenis hijauan yang ada di lahan penggembalaan alam, hingga saat ini informasi tersebut masih sangat terbatas. Atas dasar pemikiran diatas maka penulis perlu melakukan penelitian untuk mengetahui komposisi botani dalam rangka pengembangan padang penggembalaan alam sebagai tempat penyedia pakan hijauan.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
   Adapun tujaun dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui jenis-jenis hijauan yang tumbuh di padang pengembalaan alam Kaliantan Lombok Timur.

Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui komposisi botani dan untuk mengetahui jenis HMT yang bisa di kembangkan di padang pembengambalaan alam Kaliatan Lombok Timur.
















TINJAUAN PUSTAKA
Letak Geografis Kaliantan Kabupaten Lombok Timur.
Kaliantan Desa Seriwe Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur terletak diwilayah ujung selatan Kabupaten Lombok Timur yang dimana kaya akan dengan potensi pengembangan ternak ruminansia, berdsarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Pemerintah Kabupaten Lombok Timur tahun 2014. Kecamatan Jerowaru mempunyai luas wilayah lahan bukan pertanian yaitu: 1.321 Hektar dengan jumlah kepemilikan ternak yaitu: sapi 1.840 ekor, kerbau 1.695 ekor, kuda 91 ekor, kambing 14.279 ekor dan domba 2.177 ekor.
Dengan luas lahan yang tersedia maka wilayah ini berpeluang besar dan berpotensi bagus untuk pengembangan ternak karena hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, (Reksohadiprodjo et al, 1995), karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya baik kualitas, kuantitas, maupun kontinyuitasnya masih sangat terbatas. Petani pada umumnya memberikan pakan pada ternak tidak ditentukan jumlahnya, sehingga masih kurang atau terlalu banyak sisa terbuang. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk mengoptimalkan penggunaan pakan yang diberikan pada ternak tersebut. Optimalisasi dan efesiensi tersebut dapat dilakukan apabila diketahui besarnya kandungan nutrient, konsumsi, dan kecernaan bahan pakan tersebut. Pakan merupakan aspek penunjang dalam peningkatan produktivitas ternak. Jenis makanan ternak secara umum dikenal tiga kelompok besar yaitu hijauan, non hijauan dan limbah pertanian. Hijauan adalah semua bahan makanan ternak yang diberikan dalam bentuk segar. Hijauan dapat berupa tanaman rumput-rumputan, kacang-kacangan, semak, perdu, atau pohon yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan terutama ternak herbivore.
Peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia akan berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi secara kualitas dan kuantitas dan tersedia secara kontinyu. Hijauan makanan ternak bersumber dari padang rumput alam atau dengan melakukan penanaman hijauan makanan ternak. Jenis dan kualitas hijauan dipengaruhi oleh kondisi ekologi dan iklim di suatu wilayah. Ketersediaan hijauan pakan ternak di Indonesia tidak tersedia sepanjang tahun, dan hal ini merupakan suatu kendala yang perlu dipecahkan.

Padang Penggembalaan
            Padang Penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atau leguminosa, tetapi suatu padang rumput yang baik ekonomis adalah yang terdiri dari rumput dan leguminosa (Anonimous, 1995).
            Perluasan areal padang penggembalaan adalah upaya memperluas padang penggembalaan guna meningkatkan produksi hijauan makanan ternak yang berkualitas (Reksohadiprodjo, 1985).
            Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak (Yunus, 1997).
            Usaha  padang  penggembalaan adalah suatu bentuk usaha peternakan (ternak ruminansia) yang menggunakan padang penggembalaan, dengan landasan kapasitas tampung (carrying capacity) (Reksohadiprodjo, 1985).
            Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit, sedangkan ternak menyenggut sendiri makanannya di padang penggembalaan. Rumput yang ada didalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri (Anonim, 2014).
            Syarat padang penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah dikembangbiakkan. Pastura yang baik nilai cernanya adalah pastura yang tinggi canopinya yait u 25 – 30 cm setelah dipotong (Utomo, 1983).


Macam – Macam Padang Penggembalaan
            Padang Penggembalaan alam merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan (Reksohardiprodjo, 1985).
            Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan merupakan spesies – spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi) (Reksohardiprodjo, 1985).
            Padang Penggembalaan buatan (temporer) dimana tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanent atau diseling dengan tanaman pertanian (Reksohardiprodjo, 1985).
            Padang Penggembalaan dengan Irigasi dimana padangan biasanya terdapat didaerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 – 4 hari (Reksohardiprdjo, 1985).

Komposisi Botani
            Padang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50 % rumput dan 50 % legume. Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki oleh suatu padangan adalah 70 – 80 % untuk kadar air dan bahan keringnya 20 – 30 % (Susetyo, 1981).
            Metode berdasarkan komposisi botani dan penggunaannya untuk menilai padang penggembalaan yang umum metode destruktif (merusak). Alat yang digunakan dalam metode ini adalah alat kuadran perrsegi yang berukuran 1 m x 0,5 m.
            Metode pengukuran kualitas hijauan untuk komposisi botani yaitu dengan menggunting atau disabit sebagian pasture kemudian dianalisis untuk mendapatkan berapa banyak bahan kering, lemak kasar ataupun nutrient – nutrient yang lainnya yang disajikan dalam penggembalaan. (Reksohadiprodjo, 1983).

Pengukuran Kapasitas Tampung
            Kapasitas tampung adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1985). Kapasitas tampung juga dapat diartikan sebagai kemampuan padang rumput dalam menampung ternak (Susetyo, 1980) atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan luas padang penggembalaan (Subagyo dan Kusmartono, 1988).
            Kapasitas tampung identik dengan tekanan penggembalaan (stocking rale)yaitu jumlah ternak atau unit ternak persatuan luas padang penggembalaan.
            Identifikasi tanaman bertujuan untuk mengetahui jenis – jenis tanaman rumput dan legume secara tepat dan cepat (Reksohadiprodjo, 1985).
Hijauan dapat berupa tanaman rerumputan dan kekacangan, semak, perdu, atau pohon yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan terutama ternak herbivore. Berikut macam-macam hijauan pakan ternak yang berprotein tinggi yaitu :
1.        Tanaman lamtoro (Leucaena leuchocephala). Dapat diperbanyak dengan Stek batang, penanaman dengan Biji dan juga pemindahan anakan pohon Lamtoro. Protein pada biji Lamtoro 208,56 mg/g biji. Kandungan Protein Kasar (PK) Lamtoro adalah 24% - 27,5% bahan kering, tergantung dari umur tanaman Lamtoro. Produksi daun lamtoro segar sekitar 60–70 ton atau 20 ton bahan kering per hektar per tahun. Komposisi kandungan zat makanan dari bahan kering adalah protein kasar 27,80%, lemak 3,20%, BETN 55,10%, serat kasar 10,40% dan mineral 3,40%. 
2.        Tanaman gamal (Gliricidia sepium). Bisa diperbanyak dengan Stek dan Biji, 1 kg biji gamal berisi sekitar 3000 biji cukup untuk menanami 1 hektar lahan. Kandungan Protein Kasar (PK) pada Gamal adalah 20%-26%. Produksi daun gamal dengan selang waktu pemotongan 3 bulan mencapai 43.000 ton atau sekitar 8–11 ton bahan kering per hektar per tahun. Kandungan zat makanan dari bahan kering adalah protein kasar 20,68%, serat kasar 14,64%, lemak 4,75% dan abu 8,89%. 
3.        Tanaman turi (Sesbania grandifora). Dapat diperbanyak dengan biji dan sangat mudah tumbuh. Kandungan Protein Kasar (PK) antara 25%-33%. Produksi daun turi relatif lebih rendah dibandingkan produksi hijauan lainnya yaitu berkisar 2–3 ton per hektar per tahun. Komposisi kimia daun turi dari bahan kering adalah protein kasar 25,80%, NDF 31,50%, abu 8,4%, lemak 6,9%, kalsium 2,2% dan fosfor 0,3%.
4.        tanaman kelor (Moringa oleifera). Bisa diperbanyak dengan Biji, namun yang paling populer adalah diperbanyak dengan stek batang dan mudah sekalitumbuh. Kandungan protein kasar (PK) pada kelor antara 19%-26%.
5.        Tanaman desmodium rensonii diperbanyak dengan biji Kandungan Protein Kasar (PK) adalah antara 14%-18,5%.
6.        Tanaman makanan ternak alternatif-daun nangka (Artocarpus heterophyllus). Pohon Nangka dapat diperbanyak dengan Biji, mudah tumbuh dimana-mana. Kandungan Protein Kasar (PK) daun nangka sekitar 20%.
7.        Tanaman indigofera sp. Bisa diperbanyak dengan Stek batang dan Biji, tahan terhadap kekeringan, bisa hidup didaerah yang relatif kekurangan air. Bisa jadi andalan pakan hijauan saat musim kemarau. Kandungan Protein Kasar (PK) antara 24%-25%.
8.        Tanaman kacang hijau (Vigna radiata). Bisa diperbanyak dengan biji kacang hijau, tentunya kita akan menggunakan jeraminya sebagai pakan ternak setelah kacang hijauanya kita panen.  Kandungan Protein Kasar (PK) antara 23%-24% dari Bahan Kering (BK).
9.        tanaman ubi kayu (Manihot utilisima). Dapat dengan mudah diperbanyak menggunakan stek batang, mudah tumbuh dimana-mana bahkan di tanah yang miskin unsur hara. Kandungan Protein Kasar (PK) sekitar 20.5% dari bahan kering.
10.    Tanaman kaliandra (Calliandra haematocephalus). Dengan mudah diperbanyak menggunakan biji, mudah tumbuh dimana-mana. Kandungan Protein Kasar (PK) sekitar 20,5%- 24,5% dari Bahan Kering. Produksi kaliandra dengan selang waktu pemotongan 2-3 bulan berkisar 10-15 ton per hektar. Komposisi dari bahan kering adalah protein kasar 24%, eter ekstrat 4-5%, abu 5-7 %, NDF 24-34%, ADF 28%, selulosa 15% dan lignin 10-11,9%. (Anonim, 2016).

Cara Menghitung Jenis-Jenis HMT/ Komposisi Botani
Pengukuran Komposisi Botani Pastura
Berdasarkan Frekuensi (keseringan)
a.   Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.
b.    Semua nama spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat dimasukkan ke dalam tabel pengamatan frekuensi tanaman
c.     Pengambilan sampel diulangi sebanyak 100 kali.
d.     Tingkat frekuensi dan dan persentase frekuensi setiap jenis tanaman kemudian dihitung dan hasilnya dimasukkan ke dalam tabel.
e.     Setelah semuanya tahapan diatas dilakukan, terakhir diinterpresentasikan
Tingkat Frekuensi dan Persentase Frekuensi Setiap Spesies Tanaman
Berdasarkan Area Cover (Penutupan Tanah)
a.       Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.
b.        Area cover setiap spesies tanaman dalam kuadrat kemudian diperkirakan dan dimasukkan ke dalam tabel.
c.        Pengambilan sampel dilanjutkan sampai 100  kali.
d.       Dihitung area cover total setiap sampel.
e.         Dihitung area cover rata – rata.
f.        Di interpretasikan.
Area Cover Tanaman (%) merupakan untuk melihat total dalam setiap culikan.
Berdasarkan Weight (berat) dengan metoda Dry Weight Rank (DWR).
Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
Bulking (dikerjakan dilapangan)
a.       Kolom – kolom disiapkan pada lembar kerja.
b.      Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pastura secara acak.
c.       Produksi masing – masing spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat di taksir. Produksi terbanyak taruh pada kolom 1, yang lebih sedikit pada kolom 2 dan seterusnya samapi semua jenis tanaman masuk dalam kolom.
d.      Pengambilan sampel diulangi sebanyak 100 kali.
Bulking merupakan untuk melihat berapa kali hijauan tersebut muncul dalam kolom pertama yang diikuti dengan jumlah berat kg paling banyak kemudian diterusan dengan berat kg yang lebih rendah sampai kolom k eke empat.
Ranking (dikerjakan di lab.)
a. Disiapkan kertas lain yang berisi kolom semua nama tanaman yang termasuk pada bulking dan kolom ranking 1,2 dan 3.
b.  Dihitung dan dimasukkan pada kolom tersebut berapa kali suatu tanaman muncul pada kolom 1, 2 dan 3.
c.   Dihitung total ranking setiap kolom.
·     Total masing – masing ranking mempunyai nilai yang berbeda, kemudian lanjutkan dengan :
o Persentase
     Merupakan hasil pembagian setiap nilai ranking dengan total nilai ranking pada setiap kolom ranking 1, 2 dan 3.
o   Faktor pengali
Nilai pada kolom ranking langsung dikalikan dengan faktor pengali sebagai berikut : kolom 1 dikalikan dengan 8,04 ; kolom 2 dikalikan dengan 2,41 dan kolom 3 dikalikan dengan 1,04.
o   Skor
Merupakan jumlah hasil perkalian antara nilai ranking dengan faktor pengali masing – masing spesies.
o   Dry Weight (DW)
 DW dihitung dengan membagi nila skor masing – masing spesies dengan total skor dikalikan dengan 100%.
Persentase, Faktor Pengali dan DW
Faktor Pengali, Skor dan DW
Pengukuran produksi biomasa pasture
a.       Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat kedalam pasture secara   acak.
b.      Semua biomasa vegetasi yang ada di dalam kuadrat dipotong, ditimbang dan dimasukkan data beratnya ke dalam tabel.
c.       Pengambilan sampel diulangi sebanyak 100 kali lemparan.
d.      Dihitung produksi berat segar total berat segar sampel.
e.       Dihitung berat segar per m2.
f.       Dihitung produksi berat segar per hektar.
Produksi Biomasa Pastura merupakan menghitung rata-rata produksi berat segar hijauan dalam gram per 1 m² dan menghitung rata-rata poduksi berat segar dalam kg per ha.

Analisis Laboratorium
Analisis bahan kering dilakukan di Laboratorium Nutrisi  Makanan Ternak, Fakultas  Peternakan, Universitas Mataram. Analisis proksimat sampel hijauan yang telah dikoleksi dilakukan untuk menentukan kandungan bahan kering Menurut Pramono, A (2008) kebutuhan berat kering pakan ternak adalah sebesar 3% dari bobot tubuhnya, sehingga rata-rata ternak ruminansia membutuhkan 9-12 kg berat kering setiap harinya.








MATERI DAN METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Adapun bahan yang digunak dalam penelit adalah : padang penggembalaan alam Kaliatan Lombok Timur dan rumput dan legume serta tumbuhan lainya yang bisa dimakan oleh ternak.

Alat-alat penelitian
Adapun alat penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah : Kuadran berukuran 1 x 1 m², Sabit, Spidol, Kamera, Plastik untuk membungkus sampel, Timbangan analitik dengan kepekaan 0.1 mg, Cawan porselin/silica disk, Desikator/eksikator, Tang penjepit, Oven suhu 105ºC.

Cara Penelitian
Dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua tahap pelaksanaan untuk komposisi botani yaitu tahap survai (observasi) sekaligus pengambilan sampel dan tahap  menganalisis bahan kering (BK) sampel.
a.    Penelitian tahap survai dan pengambilan sampel.
Pengambilan sampel pada padang penggembalaan digunakan petunjuk Hall (1964) yang dikutip Susetyo (1980) sebagai berikut :
1.    Menentukan lokasi pengambilan sampel.
2.    Menyiapkan bujur sangkar dengan ukuran 1 x 1 m²
3.    Melempar bujur sangkar atau kuadran ke arah depan. pada cuplikan pertama dilakukan secara acak dalam memilih varietas rumput dan legum secara acak.
4.    Hijauan di dalam kuadran dipotong menggunakan sabit kemudian dipotong sedekat mungkin dari permukaan tanah dan hijauan hasil pemotongan dimasukkan ke dalam plastik
5.    Tahap selanjutnya sampling yang telah di peroleh dipisah-pisahkan menurut jenisnya yang dibagi dalam 4 jenis yaitu rumput, leguminosa, tanaman lain makanan ternak, dan gulma, setelah melakukan pemisahan sampling dimasukkan kedalam amplop lalu dikeringkan selama tiga hari dan melakukan penimbangan sampling.
6.    Untuk cuplikan ke dua diukur ke arah kanan atau kiri sejauh 5 langkah sampai 10 langkah. Jarak cuplikan pertama dan kedua disebut satu cluster.
7.    Pengambilan sampling yang ke 2 smpai 100 kali lemaparan kuadran yang diukur dengan jarak 100 – 125 meter tergak lurus dengan cluster pertama dan disesuaikan dengan luas padang penggembalaan yang tersedia.
b.    Penelitian tahap analisis sampel.
1.    Identifikasi jenis hijauan adalah sampel yang diperoleh dari padang penggembalaan alam kemudian di pilah-pilah dengan tujuan untuk membedakan antara jenis legum dan gramineae kemudian di identifikasi secara klasifikasi ilmiah.
2.    Analisa Komposisi Kimia adalah prisip dalam penelitian ini yaitu : penguapan air dalam pakan hijauan dengan pengeringan dalam oven dengan suhu 105ºC  dengan tekanan titik  didih 1 atm, dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam), sehingga seluruh air yang terdapat dalam pakan hijauan menguap atau bahan tidak sunsut lagi. Analisis komposisi kimianya di Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan meliputi bahan kering (BK).
c.    Penentuan Bahan Kering Sampel
1.    Cawan poselin yang sudah bersih dikeringkan dalam oven pengeringan pada suhu 105ºC selama 1 jam.
2.    Selanjutnya cawan porselin didinginkan dalam desikator selama 1 jam (setara dengan suhu kamar), kemudian ditimbang dalam keadaan tertutup (A g).
3.    Sampel sebanyak 1.5 – 2.0 g dimasukan ke dalam cawan porselin (B g).
4.    Kemudian dikeringkan dalam oven 105ºC selama 8 – 12 jam.
5.    Setelah itu cawan yang berisi sampel didinginkan di dalam desikator selama 1 jam, kemudian ditimbang (C g).
Rumus :             
             Kadar Bahan Kering = 100% - % Kadar Air



Variable Pengamatan
Variable utama yang diamati adalah komposisi botani dan variable penunjang yang diamati adalah kondisi iklim, kondisi tanah, topografi .

Analisis Data
Analisis komposisi botani dapat dilakukan secara kuantitatif untuk mengetahui komposisi atau susunan spesies hijauan. Menurut Mannetje  dan Haydock (1963), analisis komposisi botani untuk menentukan persentase vegetasi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak.
Analisis ini menggunakan metode Dry Weight Rank (DWR) yaitu dengan menaksir komposisi botani bahan kering tanpa melakukan pemotongan dan pemisahan spesies hijauan. Metode DWR digunakan dengan mengobservasi hanya tiga jenis hijauan yang mempunyai kontribusi besar yang ditemukan dalam kuadran (ranking 1, 2, dan 3). Selanjutnya dikalikan dengan angka konstanta berturut-turut 8,02; 2,41; dan 1 (jika total tidak sama) atau angka koefisien 70,2; 21,1; dan 8,7 (jika total sama).




























HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat frekuensi dan persentase frekuensi setiap spesies tanaman
Tabel 1. Tingkat frekuensi dan persentase frekuensi setiap spesies tanaman
Sampel
Spesies tanaman
Ket
Tingkat Freuensi
Persentase Frekuensi (%)
1
Desmodium triflorum
L
88
35.06
2
Ishaemum timorense
R
74
29.48
3
Chrysopogon aciculatus
R
49
19.52
4
L.americana
L
25
9.96
5
Cyperus rotundes
R
12
4.78
6
Desmodium sp
L
2
0.80
7
Jatropha
L
1
0.40
Total
251
100


Interpretasi : berdasarkan hasil perhitungan komposisi botani hijauan padang Alam Kaliatan Lombok Timur yang di lihat dari aspek frekuensi (keseringan), hijauan di dominasi oleh Desmodium Triflorum dengn frekuensi 35.06 %; kemudian disusul oleh  Timorense dengan frekuensi 29.48 %; Chrysopogon Aciculatus dengan frekuensi 19.52 %; L.Americana, dengn frekuensi 9.96 %; Ishaemum Cyperus Rotundes dengan frekuensi 4.78; Desmodium SP dengn frekuensi 0.80%; dan Jatropha dengan frekuensi 0.40%.
Menutut Susetyo, 1981. Padang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50 % rumput dan 50 % legume.
            Berdasarkan hasil penelitian dari aspek frekuensi (keseringan) dari 7  (tujuh ) jenis hijauan yang terdapat di padang penggembalaan alam Kaliantan Lombok Timur yaitu: pertama rumput yang terdiri dari Chrysopogon Aciculatus 19.52 %; Ishaemum Timorense 29.48 %; Cyperus Rotundes 4.78. legume yang terdiri dari Desmodium Triflorum 35.06 %; L.Americana, 9.96 %;  Desmodium SP 0.80%; dan Jatropha 0.40%.

1.    Desmodium triflorum
Desmodium triflorum ini merupakan Kingdom: Plantae, Family: Fabaceae, Genus: Desmodium dan merupakan Species: D. triflorum. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang bersujud legum tahunan atau tahunan kecil dengan akar tunggang kayu. Sangat bercabang batang sampai 50 cm yang membentuk tikar. Trifoliate daun dengan selebaran panjang hingga 12 mm dan 10 mm lebar. Perbungaan dengan sekelompok 1-3 pink bunga ungu di axils daun. Polong datar, tersegmentasi, 6-18 mm long dan 2-3,5 mm lebar dengan 3-5 artikel, dan ditutupi dengan menit rambut ketagihan. Bagian atas jahitan lurus dan jahitan yang lebih rendah mengerut antara artikel. Polong memecah menjadi segmen saat matang. Benih segi empat untuk ca. bundar 1,2 x 1,7 mm. yang ditemukan pada berbagai jenis tanah, termasuk asam, tanah Al tinggi dan dapat di temukan Terjadi di daerah tropis yang lembab dan subtropis hangat dengan lebih dari 1.200 curah hujan mm; berperilaku sebagai abadi di bawah curah hujan yang didistribusikan dan tahunan di bawah curah hujan musiman. Ini akan bertahan pertengahan musim periode kering. Daunya sangat toleran terhadap naungan, menjadi lebih dominan daripada rumput di bawah naungan kanopi semak. Tetap di bawah tanaman perkebunan tumbuhan ini tahan terhadap penggembalaan berat dan sering memotong rumput tumbuhan D. triflorum jarang dibakar dengan api panas karena beban bahan bakar rendah, tetapi tanaman dapat membangun kembali dari batang bawah atau bibit. Karena spesies ini memiliki hubungan simbiosis dengan bakteri tanah tertentu; bakteri ini membentuk nodul pada akar dan memperbaiki nitrogen atmosfer. Beberapa nitrogen ini dimanfaatkan oleh tanaman yang tumbuh tetapi beberapa juga dapat digunakan oleh tanaman lain yang tumbuh di dekatnya (Anonim, 2016).

2.    Ischaemum timorense
Ischaemum timorense merupakan kingdom: plantae, kelas Magnoliopsida dan spesies Ischaemum timorense Kunth  dan Rumput menahun dengan akar rimpang yang panjang. Pelepah daun berwarna hijau terang atau ungu yang agak bertumpuk-tumpuk dengan helaian daun yang sangat pendek dan memiliki panjang 3-6 cm, bentuk melanset-membundar telur sampai memita. Perbungaan terminal, terdiri dari 2 tandan yang menyatu, buliran berpasang-pasangan, satu melekat dan satu bertangkai, warna jerami; buliran yang melekat gundul, sedangkan buliran yang bertangkai berambut.
Daerah penyebaran Asia: India, Indonesia, Negara Federasi Mikronesia, Malaysia, Myanmar, Palau, Papua Nugini, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Timor-Leste, Vietnam. Ditemukan di pinggir jalan berumput, bank teras, bersama parit dan margin hutan, dan sebagai gulma di sawah dataran tinggi.
Nilai gizi baik daun kualitas tetapi mungkin dibatasi oleh kesuburan tanah yang rendah dan curah terbatas. nilai protein kasar dalam 3 minggu pertumbuhan kembali baik dibuahi I. Timorense telah diukur pada 20%, dan 16% pada 6 minggu, dengan tingkat di daun ganda yang ada di batang. tahap yang sama dari pertumbuhan kembali telah diukur pada 11% dan 7% masing-masing.
Kandungan bahan kering umumnya tidak sangat produktif, khususnya di bawah penggembalaan berat, meskipun hasil hingga 30 ton/ ha hijauan segar telah diukur. (Anonim, 2017).
 
3.    Chrysopogon aciculatus
Chrysopogon aciculatus merupakan kingdom dari plantae, family poaceae dan species C. Aciculatus. Chrysopogon aciculatus (syn. Andropogon aciculatus) adalah spesies rumput asli daerah tropis Asia, Polinesia, dan Australia pada ketinggian rendah. Rumput ini secara luas dianggap sebagai spesies invasif, tetapi beberapa budaya menggunakannya untuk tujuan pengobatan. berbunga batang sekitar 20 hingga 60 cm tinggi dan daunnya linear-lanset dan sekitar 3 sampai 10 cm panjang dengan 4 sampai 6 cm lebar. Malai yang keunguan, terbuka dan dengan beberapa cabang whorled dan dapat mencapai sekitar 5 cm panjang, bantalan beberapa berbunga paku. The gabah sessile sangat sempit, sekitar 3 milimeter panjang. kalus yang memanjang dan berduri dan glume keempat adalah linear, acuminate, dan awned. (Anonim, 2015).

4.    Cyperus rotundes
Cyperus rotundes merupakan kingdom plantae, ordo poales, family cyperaceae, genus cyperus dan spesies C. rotundes. Hijauan yang tergolong masuk kelompok legume ini dikenal dengan sebutan rumput teki di Negara Indonesia merupakan legume pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan. Dan ia termasuk dalam tumbuhan berfotosintesis melalui jalur.    Cyperus rotundus adalah tanaman abadi, yang bisa mencapai ketinggian hingga 140 cm (55 inci). Nama "kacang rumput" dan "kacang sedongah" - dibagi dengan spesies terkait Cyperus esculentus - berasal dari umbinya, yang agak menyerupai kacang-kacangan, walaupun secara botani tidak ada hubungannya dengan kacang-kacangan. Seperti pada Cyperaceae lainnya, daun tumbuh di jajaran tiga dari pangkal tanaman, sekitar 5-20 cm. Batang bunga memiliki penampang segitiga. Bunga itu biseksual dan memiliki tiga stamina dan tiga stigma carpel, dengan bunga kepala memiliki 3-8 sinar yang tidak setara. Buahnya pingsan tiga sudut, Sistem akar tanaman muda awalnya membentuk rimpang putih dan berdaging, berdiameter hingga 25 mm, dalam rantai. Beberapa rimpang tumbuh ke atas di dalam tanah, kemudian membentuk struktur seperti bola dari mana tunas dan akar baru tumbuh, dan dari akar baru, rimpang baru tumbuh. Rimpang lainnya tumbuh secara horisontal atau ke bawah, dan membentuk umbi coklat kemerahan tua atau rantai umbi. (Anonim, 2016)

5.    Desmodium SP
Desmodium SP merupakan Common name ticktrefoil, Family name fabaceae, plant form herb, flower color pink dan monocot dicot . Desmodium  SP. adalah salah satu genus dari suku Fabaceae. Genus Desmodium memiliki lebih dari 250 anggota species tumbuhan herba dan berukuran kecil. Genus Desmodium adalah anggota besar Papilionaceae atau Fabaceae. Spesies tanaman dari genus ini banyak yang digunakan untuk bahan makanan dan obat-obatan herbal. Species dari Desmodium mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid, fenol, phenylpropanoids, glikosida dan sejumlah minyak atsiri dan sering digunakan dalam pengobatan tradisional Cina untuk mengobati berbagai penyakit seperti rematik, demam, disentri, luka, batuk, malaria, hepatitis, hemoptisis. Dalam teori Pengobatan Tradisional Cina, sebagian besar spesies tersebut memiliki efek mengurangi demam, menetralkan racun, menghambat nyeri, menyegarkan sirkulasi darah, menekan batuk dan mengurangi dyspnea.

6.    Jatropha
Jatropha merupakan kingdom plante, family euphorbiaceae, tribe jatropheae dan genus jatropha. Jatropha adalah genus tanaman berbunga dalam keluarga spurge, Euphorbiaceae. Nama itu berasal dari kata Yunani ἰατρός (iatros), yang berarti "dokter", dan τροφή (trophe), yang berarti "nutrisi", maka nama umumnya adalah kacang fisik. Nama umum lainnya adalah nettlespurge. Ini berisi sekitar 170 spesies tanaman sukulen, semak belukar dan pepohonan (ada pula yang gugur, seperti jarak pagar). Sebagian besar berasal dari Amerika, dengan 66 spesies ditemukan di Dunia Lama. Tanaman menghasilkan bunga jantan dan betina terpisah. Seperti banyak anggota keluarga Euphorbiaceae, Jatropha mengandung senyawa yang sangat beracun. Spesies jarak secara tradisional telah digunakan dalam produksi keranjang, penyamakan dan pewarna. Pada tahun 2000an, satu spesies, Jatropha curcas, menghasilkan bunga sebagai tanaman minyak untuk produksi biodiesel.
Minyak dari Jatropha curcas terutama diubah menjadi biodiesel untuk digunakan pada mesin diesel. Kue tersebut bisa digunakan untuk pakan ikan atau hewan (jika didetoksifikasi), bahan baku biomassa untuk pembangkit listrik, atau sebagai biogas atau pupuk organik berkualitas tinggi. Pada tahun 2007, Goldman Sachs mengutip Jatropha curcas sebagai salah satu kandidat terbaik untuk produksi biodiesel di masa depan. Ini tahan terhadap kekeringan dan hama, dan menghasilkan biji yang mengandung minyak 27-40%, rata-rata 34,4%.  Ampas biji jarak pagar setelah ekstraksi minyak juga dapat dipertimbangkan untuk produksi energi. Namun, walaupun kelimpahan dan penggunaannya sebagai tanaman minyak dan reklamasi, tidak satupun spesies Jatropha telah dibudidayakan dengan baik dan, sebagai hasilnya, produktivitas Jatropha bervariasi, dan dampak jangka panjang dari penggunaan skala besar Jatropha pada kualitas tanah dan Lingkungan tidak diketahui.
Penelitian 2009 menemukan bahwa produksi biodiesel jarak pagar membutuhkan lebih banyak air daripada tanaman biofuel umum lainnya

Pengukuran produksi biomasa pasture.
Berdasarkan hasil pengukuran produksi boimas pasture di padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur adalah yang pertama jumlah rata-rata produksi berat segar per m² adalah 1,72 kg sedangkan untuk jumlah rata-rata produksi berat segar per hektar adalah 1,720 kg.

Pengukuran daya tampung
Tabel 2. Populasi ternak Desa Seriwe Lombok Timur tahun 2016.
Jenis Ternak
Jumlah ternak
Satuan Ternak
UT
Sapi
15
1
15
Kerbau
4
1
4
Kambing
481
0.14
67.34
Jumlah
500
2.14
86.34

Bedasarkan sumber data dari buku investasi aset Desa Seriwe Kec. Jerowaru Kabupaten Lombok Timur 2016, luas padang penggembalaan kaliatan Lombok Timur (Tambah Bolek) adalah: 103 (1,300) m² dan berdsarkan informasi yang diperoleh dari pegawai Kantor Desa Seriwe, jumlah ternak yang dipelihara oleh masyarakat Desa Seriwe yaitu: 86,34 UT dengan umur ternak rata-rata deawasa yang membutuhakan pakan 10% dari BB ternak yaitu 78 ton/th dikali 360 hari (1th) = 28.08 ton/th. Diasumsikan rata-rata umur panen hijauan 45 hari pada musim kemarau diamsumsikan setengah dari produksi musim hujan dengan Proper Use Factor (PUF) medium 40% dan jumlah produksi rata-rata padang penggembalaan alam Kaliantan Lombok Timur 172 ton/ha dengan luas 103 (1.300 m²) adalah:
1.      Produksi hijauan selama 6 bulan pada musim hujan dengan rata-rata umur panen 45 hari yaitu 40% kali 172 ton per hektar = 6.88 ton jumlah produksi.
2.      Produksi hijauan pada musim kemarau diasumsikan setengah dari musim hujan yaitu 6.88 ton dibagi 2 = 3.44 ton per hektar
3.      Jadi jumlah produksi hijauan selama satu tahun yaitu: 6.88 ton + 3.44 ton = 10.32 ton per tahun.
4.      Daya tampung padang penggembalaan Kaliantan Lombok Timur yaitu 10.32 ton per tahun dibagi 28.08 ton per tahun = 0.36 UT.
5.      Luas padang penggembalaan Kalianta Lombok Timur yaitu 103 hektar dikali daya tampung 0.36 UT = 37.08 UT.
Padang penggembalaan Kaliantan Lombok Timur dapat menampung Unit Ternak sebanyak 37.08 UT. Sementara jumlah ternak yang digembalakan 86.34 UT. Jadi selisihnya 49.26 UT ternak yang mengalami kekurangan pakan. Untuk digaris bawahi umur ternak rata-rata dewasa untuk mengetahui jumlah kebutuhan pakan hijauan yang 10% dari BB ternak dikarenakan data umur ternak yang diperoleh dari Desa Seriwe merupakan lokasi penelitian tidak tersedia.
Dengan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa padang penggembalaan Kaliantan Lombok Timur mengalami kekurangan produksi hijauan dengan kata lain perlu adanya campur tangan dari peternak untuk mencarikan pakan hijauan tambahan agar kebutuhan pakan ternak dapat tercukupi.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komposisi botani padang penggembalaan alam Kaliantan Lombok Timur yaitu pertama rumput yang terdiri dari chrysopogon aciculatus 19.52 %; Ishaemum timorense 29.48 %; Cyperus rotundes 4.78. legume yang terdiri dari Desmodium triflorum 35.06 %; L.Americana, 9.96 %;  Desmodium sp 0.80%; dan Jatropha 0.40%.
Daya tampung padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur dapat menapung unit ternak sebanyak 37,08 UT. Hijauan yang tersedia belum mencukupi kebutuhan ternak yang ada.
Rata-rata kandungan bahan kering hijauan yang tersedia adalah: kandungan air 1.54 %, bahan kering 24.58 %, abu 3.68 % dan bahan oganik 21.99 %.

Saran
Untuk memenuhi kekurangan hijauan peternak perlu menanam rumput maupun legume misalkan dengan cara:
1.      Menanam tanaman legume pakan seperti: (tanaman turi, lamtoro dan gamal)
2.      Menanam rumput unggul.
3.      Memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan.













RINGKASAN

Kaliantan merupakan daerah yang berada di ujung selatan Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur, terletak dipinggir pantai kerap dijadikan wista dan tempat pesta pantai yang diadakan satu kali setahun oleh masyarakat Lombok timur yang dikenal dengan bau nyale. Masyakat di wilayah ini sebagian besar mata pencarianya dari bertani, nelayan dan budidaya rumput laun, sedangkan untuk usaha peternakan masih dilakukan secara tradisional dan sistem pengemblaan ternak secara liar.
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui jenis-jenis hijauan yang tumbuh di padang pengembalaan alam Kaliantan Lombok Timur.
Dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua tahap pelaksanaan untuk komposisi botani yaitu tahap survai (observasi) sekaligus pengambilan sampel dan tahap  menganalisis bahan kering (BK) sampel.
Berdasarkan hasil penelitian dari aspek frekuensi (keseringan) dari 7  (tujuh ) jenis hijauan yang terdapat di padang penggembalaan alam Kaliantan Lombok Timur yaitu: pertama rumput yang terdiri dari Chrysopogon Aciculatus 19.52 %; Ishaemum Timorense 29.48 %; Cyperus Rotundes 4.78. legume yang terdiri dari Desmodium Triflorum 35.06 %; L.Americana, 9.96 %;  Desmodium SP 0.80%; dan Jatropha 0.40%.
Daya tampung padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur dapat menapung Unit Ternak sebanyak 37.08 UT. Sementara jumlah ternak yang digembalakan 86.34 UT. Jadi selisihnya 49.26 UT ternak yang mengalami kekurangan pakan.
Berdasarkan hasil penelitian dilaboraturium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram menggunakan metode analisi proksimat untuk mengetahui kandungan bahan kering dari pastura yang ada pada padang penggembalaan alam Kaliatan Lombok Timur menjukan dari tiga kali Ulangan yaitu  bahan kering relative tinggi dengan rata-rata kandungan air : 1.54 %, bahan kering : 24.58 %, kadar abu : 3.68 %, dan bahan organic : 21.99 % kandungan bahan kering ini tidak jauh berbeda dengan patura yang tumbuh di alam pada umumnya.
Hasil penelitian dapat disimpulkan komposisi botani padang penggembalaan Kaliatan Lombok timur terdiri dari Desmodium triflorum 34,51 %, Ishaemum timorense 29,02 %, Chrysopogon aciculatus 19,61 %, L.americana 9,80 %, Cyperus rotundes 5,88 %, Desmodium sp 0,78 %, dan Jatropha 0,39 %. Dan daya tampung padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur dapat menapung Unit Ternak sebanyak 37.08 UT. Hijauan yang tersedia belum mencukupi kebutuhan ternak yang ada. Untuk memenuhi kekurangan hijauan peternak perlu menanam rumput maupun legume misalkan dengan cara: menanam tanaman legume pakan seperti: (tanaman turi, lamtoro dan gamal), menaanam rumput unggul, memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan.





































DAFTAR PUSTAKA

Aboenawan, L. 1991., Pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan total digestible nutrien (TDN) pellet isi rumen dibanding pellet rumput pada domba jantan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anonymous. 1995. Science Laboratories: Fixtures and Furnitures. Physical Biological Science Sections Advisory Inspectorate Education Department

anonim, 2010., HMT [Hijauan Makanan Ternak]. https://balikpapanagrispace. wordpress.com/2010/04/07/hmt-hijauan makanan-ternak/.Di Akses pada Tanggal 15 Oktober 2016

2014. Klasifikasi Ischaemum Timorense. http://www.gogreensouvenir.com/. 2014/09/klasifikasi-ischaemum-timorense-kunth.html. Diakases pada Tanggal 17 Maret 2107.

2014., Luas Lahan Menurut Jenis dan Kecamatan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014 (Ha). https://lomboktimurkab.bps.go.id/linkTableDina

              Mis/view/id/3. Diakses pada Tanggal 1 Oktober 2016.

2014., Jumlah Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak Tahun 2014. https://lomboktimurkab.bps.go.id/LinkTableDinamis/view/id/26. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2016.

2015,. Chrysopogon Aciculatus https://en. wikipedia.org/ wiki/ Chrysopogo n aciculatus Diakses pada Tanggal  15 Maret 2017.

2016., Desmodium triflorum. https://en.wikipedia.org/ wiki/Desmodium_triflorum. Diakses pada Tanggal 19 Maret 2017

2016., Cyperus rotundus. https://en.wikipedia.org/wiki/Cyperus_rotundus. diakses pada tanggal 21 Maret 2017

2016., Cyperus rotundus. https://id.wikipedia.org/wiki/Teki_ladang diakses pada tanggal 21 Maret 2017.

2017 Useful Tropoical Plant. http://tropical. theferns. info/viewtropical .php?id=Desmodium+triflorum diakses pada tanggal 21 Maret 2017.

Cockrill, W.R. 1974. Observations on Skin Colour and Hair Patterns. Dalam : Cockrill, W.R. (Editor). 1974. The Husbandry and Health of the Domestic Buffalo. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Roma, Italy.

Gilliland, H.B., Holttum, R.E. and Bor, N.L. (1971) A Revised Flora of Malaya Volume III Grasses of Malaya.  (The Botanic Gardens: Singapore).
HARTADI,  H.,  l.C.   KEARL,  S. REKSOHADIPRODJO,   l.E.


Ipor, I.B., Baki, B.B. and Chen, C.P. (1992) Ischaemum timorense Kunth. In: 't Mannetje, L. and Jones, R.M. (eds) Plant Resources of South-East Asia No. 4. Forages. pp. 148–149. (Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, the Netherlands).

Kismono, L. 1979. Pasture Establishment. Fakultas peternakan IPB. Bogor

Mcilroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Alih Bahasa Soedarmadi S. S., & I. Kismono. Pradnya Pramita, Jakarta.

Mannetje, L. & K. P. Haydock. 1963. The dry weight rank method for the botanical analysis of pasture. J. British Grassland Society. Vol. 18.

Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak  Tropika.BPFE, Yogyakarta.

Reksohadiprodjo, S., 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan TernakTropik. BPFE, Yogyakarta.

Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. Edisi kedua. BPFE.Yogyakarta.

Subagyo I, Kusmartono 1988. Ilmu Kultur Padangan. Malang: Nuffic, Fakultas
  Peternakan Universitas Brawijaya.

Susetyo, B. 1980.  Padang Penggembalaan.  Departemen Ilmu Makanan Ternak
Fakultas Peternakan IPB.  Bogor.

Susetyo, S.  1981.  Padang Penggembalaan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soedomo-Reksohadiprodjo, Ristianto-Utomo, 1983. Adaptasi Hijauan Pakan Tropik Terjadap Lingkungannya. Makalah Latihan “Fodder Seed and Forage Development” Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 4 – 5, 30

Soerjani, M., Kostermans, A.J.H.G. and Tjitrosoepomo, G. (1987) Weeds of Rice in Indonesia . BIOTROP, Bogor, Indonesia.


Pramono, S. 2008. Pesona Sansevieria. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta






LAMPIRAN
Lampiran 1Hail penelitian dipadang penggembalaan Kaliantan Lombok Timur dengan metode lempar kuadran yang beukuran 1 x 1 m² dengan 100 kali lemparan


No sampel
Spesies HMT (gr)
Total berat segar sampel (gr)
Total Berat kering udara sampel (gr)
1
2
3
1
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum

250
60.1
2
Ishaemum Timorense
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
240
30.2
3
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
140
30.2
4
L. Americana
Ishaemum Timorense
Chrysopogon Aciculatus
240
40.1
5
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
100
20.3
6
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
L. Americana
150
25.3
7
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
90
10.1
8
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
100
40.1
9
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
L. Americana
100
40.1
10
Chrysopogon Aciculatus
130
20
11
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
270
70.1
12
Ishaemum Timorense
Chrysopogon Aciculatus
60
10.1
13
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
L. Americana
250
20.2
14
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
90
20.1
15
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
100
20.1
16
Ishaemum Timorense
130
35
17
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
L. Americana
160
40.2
18
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
L. Americana
160
50.3
19
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
260
110.1
20
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
140
40.1
21
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
210
75.1
22
Ishaemum Timorense
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
270
60.1
23
Ishaemum Timorense
Cyperus Rotundes
300
90.1
24
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
400
70.1
25
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
180
50.1
26
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
120
30.1
27
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
190
50.1
28
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
L. Americana
190
50.2
29
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
130
35.1
30
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
80
10.2
31
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
l. Americana
200
25.3
32
Chrysopogon Aciculatus
100
20
33
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
160
45.1
34
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
190
50.1
35
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
160
50.1
36
Chrysopogon Aciculatus
110
30
37
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
150
25.1
38
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
160
50.1
39
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
160
45.1
40
Chrysopogon Aciculatus
L.Americana
120
35.1
41
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
200
50.1
42
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
170
50.1
43
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
160
50.1
44
L.Americana
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
170
30.1
45
Cyperus Rotundes
Desmodium Triflorum
L.Americana
150
50.3
46
Cyperus Rotundes
Ishaemum Timorense
L.Americana
200
50.2
47
Cyperus Rotundes
Desmodium Triflorum
120
35
48
Ishaemum Timorense
Cyperus Rotundes
Desmodium Triflorum
100
30.1
49
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
140
40.1
50
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
L.Americana
100
20.3
51
L.Americana
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
120
10.3
52
Ishaemum Timorense
L.Americana
110
10.1
53
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
310
60.1
54
L.Americana
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
150
30.2
55
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
200
50.1
56
Desmodium Triflorum
L.Americana
180
35.1
57
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
230
75.2
58
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
L.Americana
130
40.3
59
L.Americana
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
300
100.2
60
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
300
80.1
61
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
220
60.1
62
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
260
50.1
63
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
270
40.1
64
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
320
100.1
65
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
230
90
66
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
150
40.1
67
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
170
4.6
68
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
240
35.1
69
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
210
30.1
70
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
80
15.1
71
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
160
40.1
72
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
160
30.1
73
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
270
90.1
74
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
L.Americana
110
40.2
75
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
L.Americana
100
0.4
76
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
160
40.1
77
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
180
60.1
78
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
140
40.1
79
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
140
60.1
80
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
170
35.1
81
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
150
30.2
82
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
200
60.2
83
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
120
60.1
84
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
330
60.1
85
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
Cyperus Rotundes
150
50.1
86
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
210
40.1
87
L.Americana
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
150
30.1
88
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
Cyperus Rotundes
120
25.2
89
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
160
50.1
90
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
Cyperus Rotundes
150
60.2
91
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
180
60.1
92
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
160
50.2
93
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
160
35.1
94
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
150
30.1
95
Chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
180
50.1
96
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
160
50.1
97
chrysopogon Aciculatus
Ishaemum Timorense
Desmodium Triflorum
280
100.1
98
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
270
60.1
99
Chrysopogon Aciculatus
Desmodium Triflorum
180
40.1
100
Ishaemum Timorense
Cyperus Rotundes

160
30.2
Total sampel (kg)
172.00
44.18


Lampiarn 2. Pengamatan frekuensi tanaman (keseringan) dan bulking

No Sampel
Spesies tanaman
1
2
3
1
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
2
Ishaemum timorense
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
3
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
4
L.americana
Ishaemum timorense
Chrysopogon aciculatus
5
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
6
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
L.americana
7
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
8
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
9
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
L.americana
10
Chrysopogon aciculatus
-
-
11
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
12
Ishaemum timorense
Chrysopogon aciculatus
13
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
L.americana
14
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
15
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
16
Ishaemum timorense
-
-
17
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
L.americana
18
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
L.americana
19
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
20
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
21
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
22
Ishaemum timorense
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
23
Ishaemum timorense
Cyperus rotundes
-
24
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
25
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
26
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
27
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
28
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
L.americana
29
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
30
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
31
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
L.americana
32
Chrysopogon aciculatus
-
-
33
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
34
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
-
35
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
36
Chrysopogon aciculatus
-
-
37
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
38
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
39
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
40
Chrysopogon aciculatus
L.americana
-
41
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
42
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
43
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
44
L.americana
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
45
Cyperus rotundes
Desmodium triflorum
L.americana
46
Cyperus rotundes
Ishaemum timorense
L.americana
47
Cyperus rotundes
Desmodium triflorum
-
48
Ishaemum timorense
Cyperus rotundes
Desmodium triflorum
49
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
50
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
L.americana
51
L.americana
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
52
Ishaemum timorense
L.americana
-
53
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
54
L.americana
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
55
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
56
Desmodium triflorum
L.americana
-
57
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
58
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
L.americana
59
L.americana
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
60
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
61
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
62
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
63
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
64
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
65
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
66
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
67
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
68
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
69
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
70
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
71
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
72
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
73
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
74
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
L.americana
75
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
L.americana
76
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
77
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
78
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
79
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
80
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
81
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
82
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
83
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
84
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
85
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
Cyperus rotundes
86
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
87
L.americana
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
88
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
Cyperus rotundes
89
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
-
90
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
Cyperus rotundes
91
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
-
92
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
93
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
94
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
95
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
96
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
97
Chrysopogon aciculatus
Ishaemum timorense
Desmodium triflorum
98
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
99
Chrysopogon aciculatus
Desmodium triflorum
-
100
Ishaemum timorense
Cyperus rotundes
-


















Lampiran 3. Ranking, Faktor Pengali, Skor dan DW.

NO
Jenis Hijauan
Ranking
Persentase (%)
Faktor Pengali
Skor
Total DW (%)
1
2
3
1
2
3
8.04
2.41
1.04
1
Ishaemum timorense
45
28
0
0.48
0.30
0.00
3.85
0.73
0.00
4.58
39.88
2
Chrysopogon aciculatus
45
3
1
0.48
0.03
0.03
3.85
0.08
0.03
3.96
34.47
3
Cyperus rotundes
3
2
3
0.03
0.02
0.10
0.26
0.05
0.10
0.41
3.57
4
Desmodium triflorum
1
59
27
0.01
0.64
0.87
0.09
1.55
0.91
2.54
22.08
Total
94
92
31






11.49
100.00

Interpretasi : Bedasarkan hasil perhitungan komposisi botani dengan teknik DWR, hijauan yang diukur  dan didominasi oleh Ishaemum timorense (39.88 %); kemudian disusul oleh Chrysopogon aciculatus (34.47 %); Desmodium triflorum (22.08%) dan Cyperus rotundes (22.08%).





Lampiaran 4. Proses pengambilan dan pengeringan sampel
Penyabititan sampel
Penimbangan sampel untuk BB basah

Pengukuran jarak culikan
Pengeringan sampel







Proses indentifikasi sampel
Penimbangan sampel


Lampiran 5. Kandungan nutrisi HMT padang penggembalaan kaliantan Lombok Timur

Sampel
Kandungan Air %
Bahan Kering (BK %)
Kadar Abu ( %)
Bahan Organik (BO %)
LR.1
2.3761
24.6288
4.3352
21.3509
LR.2
1.0804
24.6056
4.1850
21.5011
LR.3
1.1668
24.5193
2.5451
23.1409
Rata-rata
1.5411
24.5845
3.6884
21.9976
Standar Deviasi
0.72
0.06
0.99
0.99


Menurut Susetyo, 1981. Padang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50 % rumput dan 50 % legume. Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki oleh suatu padangan adalah 70 – 80 % untuk kadar air dan bahan keringnya 20 – 30 % .
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata kadungan kadar air dan bahan kering hijauan yang tumbuh di padang penggembalaan alam Kaliantan Lombok Timur yaitu :kandungan air 1,54 % dan kandungan bahan kering 24, 58 %. Dapat disimpulkan bahwa besar kadungan kadar air dan kadunagan bahan kering tumbuhan yang terdapat di padang penggembalaan alam Kaliatan Lombok Timur tidak beda jauh dengan tumbuhan yang berada di padang penggembalaan alam lanya.







Lampiran 6. Luas area padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur yang bersumber dari buku investasi Desa Seriwe tahun 2016






















RIWAYAT HIDUP
Penulis Satria Sopiyandi dilahirkan Tanggal 07 Oktober 1987 di Jelok Buso, Pemongkong, Dusun Jelok Buso Kec. Jerowaru Kab. Lombok Timur, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara orang tua Bapak Ismail dan Ibu Ratemah




Riwayat Pendidikan Penulis sebagai berikut :
1.      Lulus Sekolah Dasar pada Tahun 2002 di SD Negeri Pemongkong.
2.      Lulus Sekolah Menengah Pertama 2008 di SMP Negeri 1 Jerowaru
3.      Lulus Sekolah Menengah Kejuruan 2011 di SMK Negeri 1 Sakra
4.      Pada tahun 2011 masuk Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada tahun 2017.


























PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
KOMPOSISI BOTANI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM
KALIANTAN LOMBOK TIMUR


OLEH


SATRIA SOPIYANDI
B1D 011 257

Telah Dipertahankan didepan Dewan Penguji
dan Dinyatakan Lulus pada Tanggal:
……………………2017



Mengetahui :                                       Menyetujui :
Fakultas Peternakan                            Dewan Penguji :
Universitas Mataram
Dekan,                                                 Ketua,


Dr. Ir. Maskur, M.Si.                           Dr.Ir. Imran, M.Si.XXXXXX                 
NIP : 19681231 199402 1001             NIP : 19620104 198603 1005

                                                                        Anggota I,



                                                                        Ir. Mastur, M.Si
                                                                        NIP : 19611231 198703 1012

                                                                        Anggota II,



                                                                        Ir. Uhud Abdullah, MP
                                                                        NIP : 19550531 198603 1002


1 komentar:

  1. JM Hospitality, The Casino & Resort, CA Jobs - KT Hub
    JM Hospitality, The Casino & 양산 출장마사지 Resort, CA Jobs · Location: 고양 출장안마 9.3 Miles away from 정읍 출장마사지 JM Hospitality, The Casino & Resort 계룡 출장마사지 · Additional Info · 여주 출장샵 Employment Details

    BalasHapus