Oleh
SATRIA SOPIYANDI
BID O11 257
SKRIPSI
PROGRAM
STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2017
KOMPOSISI BOTANI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM
KALIANTAN LOMBOK TIMUR
Oleh
SATRIA SOPIYANDI
B1D 011 257
SKRIPSI
Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat yang
Diperlukan
untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan
pada Program
Studi Peternakan
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2017
KOMPOSISI BOTANI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM
KALIANTAN LOMBOK TIMUR
Oleh :
SATRIA SOPIYANDI
B1D 011 257
Menyetujui :
Pembimbing I
Dr.Ir.Imran.M.Si
Tanggal :
|
Pembimbing II
Ir.Mastur.M.Si
Tanggal :
|
Mengesahkan :
Fakultas Peternakan Universitas Mataram,
Ketua Program Studi Peternakan
Dr. Ir. M. Ashari, M.Si
|
DEDIKASI
MOTTO : Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang
benar-benar bermanfaat untuk semua mahluk ciptaan Allah SWT.
SKRIPSI INI SAYA
PERSEMBAHKAN KEPADA :
“WAJIB
SELAMAT DARI DUNIA SAMPAI HADAPAN ALLAH SWT”
1. Saya ucapakan terima kasi
pada ke dua orang tua saya tercinta yaitu Bapak ( H. Ismail Abdullah Sidiq )
dan Ibu ( Ratemah ), atas berkat ijin Allah SWT, saya bisa lahir ke muka bumi
ini sehingga menjadi apa yang diharapakan Bapak dan Ibu.
2. Bibik (Rasmin) dan paman saya
(Asimah) tercinta yang telah mendukung saya dalam segi apapun sehingga saya
bias selsai sampai sa’at.
3. Pacar tercinta (Tika
Rabawati) yang telah banyak menyemangati dan membri dorongan agar selalu
semangat dalam menyelesaikan skripsi saya.
4. Sahabat saya (Novan
Adriansyah yang telah banyak membantu saya salam neyelesaikan skripsi dan yang
selalu ada dalam suka dan duka.
5. Teman saya (Bayanur Rahaman,
Mustofa Yusriadi, Hartono, Salman Alfairus, Sahrul Muhlisi ) terimakasih atas
dukungan dan canda tawa kalian.
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur saya panjatkan Kehadirat Allah SWT. Atas Rahmman rahim-Nya saya bisa
menyelesaikan penelitian dan menulis skripsi ini hingga selesai yang bejudul “Komposisi
Botani Padang Penggembalaan Alam Kaliatan Lombok Timur” tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa di dalam tulisan ini mungkin terdapat
kesalahan-kesalahan yang tidak kami sadari, karena pepatah mengatakan sepandai
pandai tupai melompat pasti ia akan jatuh, dan oleh karena itu saya sangat berharap
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun guna kesempurnaan
penulisan yang akan datang.
Penulis
juga menghaturkan ucapan banyak terimakasih
kepada:
1.
Dr. Ir.
Maskur, M.Si Dekan
Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
2.
Dr. Ir. M.
Ashari, M.Si Ketua
Program Studi Peternakan.
3.
Dr.Ir.Imran.M.Si,
Ir.Mastur.M.Si, dan Ir. Uhud Abdullah, MP. yang telah membantu dan membimbing
saya dalam nyeselsaikan skripsi ini hingga selasai.
4.
Bapak
dan Ibu Dosen Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
5.
Bapak
Lalu Sumber dan Ibu Sri Sulastri yang
telah membantu dan membimbing di Laboraturium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Mataram.
Mataram,
22 Juli 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
PENGESAHAN
PEMBIMBING................................................................... iii
DEDIKASI....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR...................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix
ABSTRAK......................................................................................................... x
ABSTRACK..................................................................................................... xi
PENDAHULUAN............................................................................................. 1
Latar Belakang...................................................................................... 1
Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 4
Letak Geografis Kaliantan Kabupaten Lombok
Timur......................... 4
Padang Penggembalaan........................................................................ 5
Macam – Macam Padang Penggembalaan................................... 6
Komposisi botani.................................................................................. 6
Pengukuran Kapasitas Tampung........................................................... 7
Cara
Menghitung Jenis-Jenis HMT/ Komposisi Botani........................ 9
Analisis Laboratorium......................................................................................................... 11
MATERI
DAN METODE PENELITIAN1................................................. 12
Bahan Penelitian................................................................................. 12
Alat-alat Penelitian.............................................................................. 12
Cara Penelitian.................................................................................... 12
Variabel Pengamatan........................................................................... 14
Analisis Data....................................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... 15
Tingkat Frekuensi dan Persentase Setiap Tanaman............................. 15
Pengukuran Produksi Biomas Pastura................................................ 20
Pengukuran Daya Tampung................................................................ 20
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 22
Kesimpulan......................................................................................... 22
Saran .................................................................................................. 22
RINGKASAN................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 25
LAMPIRAN.................................................................................................... 27
RIWAYAT HIDU............................................................................................ 39
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI........................................................... 40
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Tingkat Frekuensi Dan Persentase Frekuensi
Setiap Spesies Tanaman....... 15
2.
Tabel 2. Pengukuran Daya Tampung........................................................... 20
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil Penelitian
.......................................................................................... 27
2. Pengamatan frekuensi tanaman (keseringan) dan
bulking.......................... 31
3.
Ranking,
Faktor Pengali, Skor dan DW...................................................... 35
4.
Proses pengambilan dan pengeringan sampel.............................................. 36
5.
Kandungan bahan kering (BK) hijauan....................................................... 37
6.
Luas Padang Penggembalaan Kaliantan Lombok Timur............................. 38
ABSTRAK
STUDI KOMPOSISI BOTANI PADANG PENGGEMBALAAN
ALAM KALIANTAN LOMBOK TIMUR
OLEH
SATRIA
SOPIYANDI
B1D 011 257
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis hijauan yang tumbuh di padang penggembalaan
alam Kaliantan Lombok Timur. Metode penelitian ini, dibagi menjadi dua tahap yaitu pertama
metode lempar kuadran secara acak sampai 100 kali cuplikan dan tahap ke dua analisis
proksimat untuk mengetahui kandungan bahan kering hijauan, yang menghasilkan 7 (Tujuh)
jenis hujauan yaitu: Desmodium
Triflorum, Ishaemum Timorense, Chrysopogon Aciculatus, L.Americana, Cyperus
Rotundes, Desmodium SP dan
Jatropha. Rata-rata kandungan bahan kering hijauan yang
tersedia yaitu: Air 1,54 %,
Bahan Kering 24,58 %, Kadar Abu 3,68 % dan Bahan Organik 21.99 %. Hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa komposisi botani padang penggembalaan alam Kaliantan
Lombok Timur terdiri dari Desmodium
triflorum 35,06 %, Ishaemum timorense 29,48 %,
Chrysopogon
aciculatus 19, 52
%, L.Americana 9,96 %, Cyperus rotundes 4,78 %, Desmodium SP 0,80 %,
dan Jatropha
0,40%. Daya tampung padang penggembalaan Kaliantan Lombok Timur
dapat menampung Unit Ternak sebanyak 37.08 UT. Hijauan yang tersedia belum
mencukupi kebutuhan ternak yang ada. Untuk
memenuhi kekurangan hijauan peternak perlu menanam rumput maupun legume misalkan dengan cara: menanam tanaman legume
pakan seperti: (tanaman turi, lamtoro dan gamal), menaanam rumput unggul, memanfaatkan
limbah pertanian sebagai pakan ternak.
Kata
kunci: Komposisi Botani Padang Penggembalaan Alami
ABSTRACT
STUDI THE BOTANICAL COMPOSITION OF NATURAL PASTURES KALIANTAN LOMBOK TIMUR
BY
SATRIA
SOPIYANDI
B1D
011 257
This study aims to determine the types of forages that grow in the natural grazing area Kaliantan East Lombok. The method of this research is divided into two stages: first random quadrant throw method up to 100 samples and second stage of proximate analysis to determine the content of dry matter forage, which produces 7 (Seven) types of hujauan namely: Desmodium Triflorum, Ishaemum Timorense, Chrysopogon Aciculatus , L.Americana, Cyperus Rotundes, Desmodium SP and Jatropha. The average content of available forage materials are: Water 1.54%, Dry Material 24.58%, Ash Content 3.68% and Organic Material 21.99%. The result of this research can be concluded that the botanical composition of natural grazing field of Kaliantan East Lombok consists of Desmodium triflorum 35,06%, Ishaemum timorense 29,48%, Chrysopogon aciculatus 19, 52%, L.Americana 9,96%, Cyperus rotundes 4,78% , Desmodium SP 0.80%, and Jatropha 0.40%. The capacity of Kaliantan Lombok grazing pasture can accommodate Livestock Unit of 37.08 UT. The available forage is not sufficient for the existing livestock needs. To meet the shortage of forage farmers need to plant grasses and legumes for example by: planting legume crops such as: (turi, lamtoro and gamal), menajam grass superior, utilizing agricultural waste as animal feed.
Keywords: Botanical Composition of Natural Pasture Field
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kaliantan merupakan daerah yang berada di ujung selatan Kecamatan
Jerowaru Kabupaten Lombok Timur, dengan letaknya di pinggir pantai kerap
dijadikan wista dan tempat pesta pantai yang diadakan satu kali setahun oleh
masyarakat Lombok timur yang dikenal dengan bau nyale. Masyakat di wilayah ini
sebagian besar mata pencarianya dari bertani, nelayan dan budidaya rumput laun,
sedangkan untuk usaha peternakan masih dilakukan secara tradisional dan sistem
pengemblaan ternak secara liar.
Sistem peternakan yang masih secara tradisioanal dikarenakan tingkat
pengetahuan masyarakat masih sangat rendah dan peternakan masih di jadikan
usaha sampingan, masyarakat justru lebih banyak memilih menjadi petani dan
nelayan ini dikarenakn tidak ada instasi pemerintah yang mau turun mengadakan
penyuluhan tentang bagaimana tata cara budidaya ternak yang baik dan benar,
dengan mengadakan penyluhan akan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani bagi
tubuh disertai perbaikan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan permintaan bahan
pangan yang berasal dari ternak semakin meningkat, sehingga menuntut
peningkatan produksi dibidang peternakan, maka kesejahteraan masyarakat akan
meningkat dan dapat mengurangi angka pengangguran
dalam negeri, akan tetapi harapan masyarakat tidak pernah terlaksanakan secara
baik walapun pemerintah pusat memberikan hak kepada pemerintah daerah untuk
mengelola daerahnya masing-masing (Otonomi Daerah). Khusus untuk masalah
peternakan di wilayah ini tidak pernah di tanggapi secara serius oleh
pemerintah daerah contoh kecil tidak terdapatnya kandang kelompok jika dilihat
dari masalah pemerintah yang sekrang ini pemerintah Indonesia masih mengimpor
daging sapi dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pemerintah hendaknya melihat potensi Sumber Daya Alam (SDA)
yang banyak tersedia sebagai sumber pakan ternak supaya masyarkat mau lebih
serius dalam membudidayakan ternak dan memanfaatkan limbah-limbah pertanian
sebagai pakan ternak, dengan cara tersebut maka masyarakat bisa budidaya ternak
secara modern (kandang kelompok).
Sumber daya alam (SDA) yang di miliki daerah ini cukup mendukung untuk
di kembangkan usaha peternakan, selaian itu petani yang di daerah ini setiap tahun selalu
mendapatkan hasil pertanian yang berlimpah begitu juga limbah pertanian juga
tersedia sangat banyak. Minimnya tingkat pengetahuan tetang beternak dan cara
pemanfaatan limbah pertanian maka limbah
tidak bisa dimanfaatkan secara baik.
Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lombok Timur tahun 2014 Kecamatan Jerowaru
memiliki luas lahan pertanian sawah : 4.384 Hektar, lahan pertanian bukan sawah
: 8.573 Hektar, lahan bukan pertanian :103 Hektar (1.300 m²), dan memiliki
populasi ternak yaitu sapi 15 ekor, kerbau 4 ekor dan kambing 500 ekor ternak,
dengan jumlah luas lahan pertanian sawah dan jumlah lahan bukan sawah yang
dimiliki masyarakat Kaliantan akan mampu menghasilkan limbah-limbah pertanian
yang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak, selain menghasilkan
limbah dari sisa pertanian, lahan-lahan marginal yang di tumbuhi rumput hijauan
dan legum bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak pada musim kemarau.
Lahan padang penggembalaan alam yang terdapat diberbagai kawasan di
Kabupaten Lombok Timur yang memiliki prospek
dalam pembangunan peternakan.
Khususnya di wilayah Dusun Kaliantan Kecamatan Jerowaru merupakan salah satu daerah
yang sangat potensial bagi pengembangan ternak karena daya dukung wilayah berupa lahan bukan pertanian yang digunakan
sebagai padang penggembalaan
alami bagi ternak. Ketersediaan sumberdaya alam tersebut memberikan peluang besar bagi pengembangan usaha peternakan dengan keadaan wilayah tersebut diharapkan mampu menjadi salah
satu lumbung daging ternak di
Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur guna mendukung
Program Bumi Sejuta Sapi
(BSS).
Daratan panatai Kaliatan sebagai sumber
pakan hijauan untuk ternak sudah
lama dijadikan tempat pengembalaan ternak oleh peternakan kecil (peternakan
rakyat) khususnya peternak yang
berada di sekitaran wilayah Kaliatan Kabupaten Lombok Timur, bahkan bila musim
panas datang peternak dari kambupaten Lombok Tengah juga ikut serta dalam
memanfaatan hijauan yang tumbuh di kaliatan guna memperoleh pakan untuk ternak yang di peliharanya, ini dikarenakan lahan-lahan basah
yang dulu sebagai sumber pakan untuk
ternaknya di ambil alih oleh manusia yang dijadikan sebagai permukiman
penduduk, maka dari itu jalan satu-satunya untuk mempertahakan ternaknya
peternak yang ada di wilayah Kabupaten
Lombok Tengah tersebut harus rela berjalan berjam-jam untuk sampai di wilayah
kaliatan yang merupakan satu-satunya lahan padang pengambalaan alam untuk di
jadikan sumber pakan ternaknya. Oleh karena itu dalam upaya untuk meningkatkan tingkat produktivitas
dari sistem peternakan ini diperlukan pengetahuan tentang jenis-jenis hijauan
yang ada di lahan penggembalaan alam, hingga saat ini informasi tersebut masih
sangat terbatas. Atas dasar pemikiran diatas maka penulis perlu melakukan penelitian
untuk mengetahui komposisi botani dalam rangka pengembangan padang
penggembalaan alam sebagai tempat penyedia pakan hijauan.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujaun
dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui jenis-jenis hijauan yang tumbuh
di padang pengembalaan alam Kaliantan Lombok Timur.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : untuk
mengetahui komposisi botani dan untuk mengetahui jenis HMT yang bisa di
kembangkan di padang pembengambalaan alam Kaliatan Lombok Timur.
TINJAUAN PUSTAKA
Letak Geografis Kaliantan Kabupaten Lombok Timur.
Kaliantan Desa Seriwe
Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur terletak diwilayah ujung selatan
Kabupaten Lombok Timur yang dimana kaya akan dengan potensi pengembangan ternak
ruminansia, berdsarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Pemerintah Kabupaten
Lombok Timur tahun 2014. Kecamatan Jerowaru mempunyai luas wilayah lahan bukan
pertanian yaitu: 1.321 Hektar dengan jumlah kepemilikan ternak yaitu: sapi
1.840 ekor, kerbau 1.695 ekor, kuda 91 ekor, kambing 14.279 ekor dan domba
2.177 ekor.
Dengan luas lahan yang
tersedia maka wilayah ini berpeluang besar dan berpotensi bagus untuk
pengembangan ternak karena hijauan memegang peranan penting pada
produksi ternak ruminansia, (Reksohadiprodjo et al, 1995), karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau,
kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya
baik kualitas, kuantitas, maupun kontinyuitasnya masih sangat terbatas. Petani
pada umumnya memberikan pakan pada ternak tidak ditentukan jumlahnya, sehingga
masih kurang atau terlalu banyak sisa terbuang. Oleh karena itu diperlukan
suatu cara untuk mengoptimalkan penggunaan pakan yang diberikan pada ternak
tersebut. Optimalisasi dan efesiensi tersebut dapat dilakukan apabila diketahui
besarnya kandungan nutrient, konsumsi, dan kecernaan bahan pakan tersebut.
Pakan merupakan aspek penunjang dalam peningkatan produktivitas ternak. Jenis makanan
ternak secara umum dikenal tiga kelompok besar yaitu hijauan, non hijauan dan
limbah pertanian. Hijauan adalah semua bahan makanan ternak yang diberikan
dalam bentuk segar. Hijauan dapat berupa tanaman rumput-rumputan,
kacang-kacangan, semak, perdu, atau pohon yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
terutama ternak herbivore.
Peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia akan
berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat
dipenuhi secara kualitas dan kuantitas dan tersedia secara kontinyu. Hijauan
makanan ternak bersumber dari padang rumput alam atau dengan melakukan
penanaman hijauan makanan ternak. Jenis dan kualitas hijauan dipengaruhi oleh
kondisi ekologi dan iklim di suatu wilayah. Ketersediaan hijauan pakan ternak
di Indonesia tidak tersedia sepanjang tahun, dan hal ini merupakan suatu
kendala yang perlu dipecahkan.
Padang Penggembalaan
Padang Penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan
ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya menurut kebutuhannya
dalam waktu singkat. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput
atau leguminosa, tetapi suatu padang rumput yang baik ekonomis adalah yang
terdiri dari rumput dan leguminosa (Anonimous, 1995).
Perluasan areal padang penggembalaan adalah upaya memperluas padang
penggembalaan guna meningkatkan produksi hijauan makanan ternak yang
berkualitas (Reksohadiprodjo, 1985).
Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan
atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang
digunakan untuk menggembalakan ternak (Yunus, 1997).
Usaha padang penggembalaan adalah
suatu bentuk usaha peternakan (ternak ruminansia) yang menggunakan padang
penggembalaan, dengan landasan kapasitas tampung (carrying capacity)
(Reksohadiprodjo, 1985).
Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan bagi hewan
yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit, sedangkan
ternak menyenggut sendiri makanannya di padang penggembalaan. Rumput yang ada
didalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan pengaruh
tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke
padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan
produktivitasnya dari tanah itu sendiri (Anonim, 2014).
Syarat padang penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan
kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah
dikembangbiakkan. Pastura yang baik nilai cernanya adalah pastura yang tinggi
canopinya yait u 25 – 30 cm setelah dipotong (Utomo, 1983).
Macam – Macam Padang Penggembalaan
Padang Penggembalaan alam merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan
yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali
belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan
permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya
mengawasi ternak yang digembalakan (Reksohardiprodjo, 1985).
Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan merupakan spesies – spesies
hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi
manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan
yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi)
(Reksohardiprodjo, 1985).
Padang Penggembalaan buatan (temporer) dimana tanaman makanan ternak dalam
padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat
menjadi padangan permanent atau diseling dengan tanaman pertanian
(Reksohardiprodjo, 1985).
Padang Penggembalaan dengan Irigasi dimana padangan biasanya terdapat didaerah
sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan
setelah padangan menerima pengairan selama 2 – 4 hari (Reksohardiprdjo, 1985).
Komposisi Botani
Padang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50 % rumput dan 50 %
legume. Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki oleh suatu
padangan adalah 70 – 80 % untuk kadar air dan bahan keringnya 20 – 30 % (Susetyo,
1981).
Metode berdasarkan komposisi botani dan penggunaannya untuk menilai padang
penggembalaan yang umum metode destruktif (merusak). Alat yang digunakan dalam
metode ini adalah alat kuadran perrsegi yang berukuran 1 m x 0,5 m.
Metode pengukuran kualitas hijauan untuk komposisi botani yaitu dengan
menggunting atau disabit sebagian pasture kemudian dianalisis untuk mendapatkan
berapa banyak bahan kering, lemak kasar ataupun nutrient – nutrient yang
lainnya yang disajikan dalam penggembalaan. (Reksohadiprodjo, 1983).
Pengukuran Kapasitas
Tampung
Kapasitas tampung adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan
hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan
dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung
ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1985). Kapasitas tampung juga dapat
diartikan sebagai kemampuan padang rumput dalam menampung ternak (Susetyo,
1980) atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan luas padang
penggembalaan (Subagyo dan Kusmartono, 1988).
Kapasitas tampung identik dengan tekanan penggembalaan (stocking rale)yaitu
jumlah ternak atau unit ternak persatuan luas padang penggembalaan.
Identifikasi tanaman bertujuan untuk mengetahui jenis – jenis tanaman rumput
dan legume secara tepat dan cepat (Reksohadiprodjo, 1985).
Hijauan dapat berupa tanaman rerumputan
dan kekacangan, semak, perdu, atau pohon yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
terutama ternak herbivore. Berikut macam-macam
hijauan pakan ternak yang berprotein tinggi yaitu :
1.
Tanaman lamtoro (Leucaena leuchocephala). Dapat
diperbanyak dengan Stek batang, penanaman dengan Biji dan juga pemindahan
anakan pohon Lamtoro. Protein pada biji Lamtoro 208,56 mg/g biji. Kandungan
Protein Kasar (PK) Lamtoro adalah 24% - 27,5% bahan kering, tergantung dari
umur tanaman Lamtoro. Produksi daun lamtoro segar
sekitar 60–70 ton atau 20 ton bahan kering per hektar per tahun. Komposisi
kandungan zat makanan dari bahan kering adalah protein kasar 27,80%, lemak
3,20%, BETN 55,10%, serat kasar 10,40% dan mineral 3,40%.
2.
Tanaman gamal (Gliricidia sepium). Bisa
diperbanyak dengan Stek dan Biji, 1 kg biji gamal berisi sekitar 3000 biji
cukup untuk menanami 1 hektar lahan. Kandungan Protein Kasar (PK) pada Gamal
adalah 20%-26%. Produksi daun gamal dengan selang
waktu pemotongan 3 bulan mencapai 43.000 ton atau sekitar 8–11 ton bahan kering
per hektar per tahun. Kandungan zat makanan dari bahan kering adalah protein
kasar 20,68%, serat kasar 14,64%, lemak 4,75% dan abu 8,89%.
3.
Tanaman turi (Sesbania
grandifora). Dapat diperbanyak dengan biji dan sangat mudah tumbuh.
Kandungan Protein Kasar (PK) antara 25%-33%. Produksi
daun turi relatif lebih rendah dibandingkan produksi hijauan lainnya yaitu
berkisar 2–3 ton per hektar per tahun. Komposisi kimia daun turi dari bahan
kering adalah protein kasar 25,80%, NDF 31,50%, abu 8,4%, lemak 6,9%, kalsium
2,2% dan fosfor 0,3%.
4.
tanaman kelor (Moringa
oleifera). Bisa
diperbanyak dengan Biji, namun yang paling populer adalah diperbanyak dengan
stek batang dan mudah sekalitumbuh. Kandungan
protein kasar (PK) pada kelor antara 19%-26%.
5.
Tanaman desmodium rensonii diperbanyak
dengan biji Kandungan Protein Kasar (PK)
adalah antara 14%-18,5%.
6.
Tanaman makanan ternak alternatif-daun nangka (Artocarpus heterophyllus). Pohon
Nangka dapat diperbanyak dengan Biji, mudah tumbuh dimana-mana. Kandungan Protein Kasar (PK) daun nangka sekitar 20%.
7.
Tanaman indigofera sp. Bisa diperbanyak dengan Stek batang dan Biji, tahan
terhadap kekeringan, bisa hidup didaerah yang relatif kekurangan air. Bisa jadi
andalan pakan hijauan saat musim kemarau. Kandungan
Protein Kasar (PK) antara 24%-25%.
8.
Tanaman kacang hijau (Vigna
radiata). Bisa
diperbanyak dengan biji kacang hijau, tentunya kita akan menggunakan jeraminya
sebagai pakan ternak setelah kacang hijauanya kita panen. Kandungan
Protein Kasar (PK) antara 23%-24% dari Bahan Kering (BK).
9.
tanaman ubi kayu (Manihot
utilisima). Dapat
dengan mudah diperbanyak menggunakan stek batang, mudah tumbuh dimana-mana
bahkan di tanah yang miskin unsur hara. Kandungan Protein Kasar (PK) sekitar
20.5% dari bahan kering.
10.
Tanaman kaliandra (Calliandra
haematocephalus). Dengan
mudah diperbanyak menggunakan biji, mudah tumbuh dimana-mana. Kandungan Protein Kasar (PK) sekitar 20,5%- 24,5% dari
Bahan Kering. Produksi kaliandra dengan selang
waktu pemotongan 2-3 bulan berkisar 10-15 ton per hektar. Komposisi dari bahan
kering adalah protein kasar 24%, eter ekstrat 4-5%, abu 5-7 %, NDF 24-34%, ADF
28%, selulosa 15% dan lignin 10-11,9%. (Anonim, 2016).
Cara Menghitung Jenis-Jenis HMT/ Komposisi Botani
Pengukuran Komposisi Botani Pastura
Berdasarkan Frekuensi
(keseringan)
a. Sampel
diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.
b. Semua
nama spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat dimasukkan ke dalam tabel
pengamatan frekuensi tanaman
c. Pengambilan
sampel diulangi sebanyak 100 kali.
d. Tingkat
frekuensi dan dan persentase frekuensi setiap jenis tanaman kemudian dihitung
dan hasilnya dimasukkan ke dalam tabel.
e. Setelah
semuanya tahapan diatas dilakukan, terakhir diinterpresentasikan
Tingkat Frekuensi dan
Persentase Frekuensi Setiap Spesies Tanaman
Berdasarkan Area Cover (Penutupan Tanah)
a.
Sampel diambil dengan melemparkan
kuadrat ke dalam pasture secara acak.
b.
Area
cover setiap spesies tanaman dalam kuadrat kemudian diperkirakan dan dimasukkan
ke dalam tabel.
c.
Pengambilan
sampel dilanjutkan sampai 100 kali.
d.
Dihitung
area cover total setiap sampel.
e.
Dihitung
area cover rata – rata.
f.
Di
interpretasikan.
Area
Cover Tanaman (%) merupakan untuk melihat total dalam setiap culikan.
Berdasarkan
Weight (berat) dengan metoda Dry Weight Rank (DWR).
Cara kerjanya
adalah sebagai berikut :
Bulking (dikerjakan
dilapangan)
a.
Kolom – kolom disiapkan pada lembar
kerja.
b.
Sampel diambil dengan melemparkan
kuadrat ke dalam pastura secara acak.
c.
Produksi masing – masing spesies
tanaman yang ada di dalam kuadrat di taksir. Produksi terbanyak taruh pada
kolom 1, yang lebih sedikit pada kolom 2 dan seterusnya samapi semua jenis
tanaman masuk dalam kolom.
d.
Pengambilan sampel diulangi sebanyak
100 kali.
Bulking merupakan
untuk melihat berapa kali hijauan tersebut muncul dalam kolom pertama yang
diikuti dengan jumlah berat kg paling banyak kemudian diterusan dengan berat kg
yang lebih rendah sampai kolom k eke empat.
Ranking
(dikerjakan di lab.)
a. Disiapkan kertas
lain yang berisi kolom semua nama tanaman yang termasuk pada bulking dan kolom
ranking 1,2 dan 3.
b. Dihitung dan dimasukkan pada kolom
tersebut berapa kali suatu tanaman muncul pada kolom 1, 2 dan 3.
c. Dihitung
total ranking setiap kolom.
· Total masing – masing ranking
mempunyai nilai yang berbeda, kemudian lanjutkan dengan :
o Persentase
Merupakan hasil pembagian setiap nilai
ranking dengan total nilai ranking pada setiap kolom ranking 1, 2 dan 3.
o Faktor pengali
Nilai pada kolom ranking langsung
dikalikan dengan faktor pengali sebagai berikut : kolom 1 dikalikan dengan 8,04 ; kolom 2 dikalikan dengan 2,41 dan kolom 3 dikalikan dengan 1,04.
o Skor
Merupakan jumlah hasil perkalian
antara nilai ranking dengan faktor pengali masing – masing spesies.
o Dry Weight (DW)
DW dihitung dengan membagi nila skor masing –
masing spesies dengan total skor dikalikan dengan 100%.
Persentase, Faktor Pengali dan DW
Faktor Pengali, Skor dan DW
Pengukuran produksi biomasa pasture
a. Sampel diambil dengan melemparkan
kuadrat kedalam pasture secara acak.
b. Semua biomasa vegetasi yang ada di
dalam kuadrat dipotong, ditimbang dan dimasukkan data beratnya ke dalam tabel.
c. Pengambilan sampel diulangi sebanyak
100 kali lemparan.
d. Dihitung produksi berat segar total
berat segar sampel.
e. Dihitung berat segar per m2.
f. Dihitung produksi berat segar per
hektar.
Produksi
Biomasa Pastura merupakan menghitung rata-rata produksi berat segar hijauan
dalam gram per 1 m² dan
menghitung rata-rata poduksi berat segar dalam kg per ha.
Analisis
Laboratorium
Analisis bahan kering dilakukan di Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Mataram. Analisis
proksimat sampel hijauan yang telah dikoleksi dilakukan untuk menentukan
kandungan bahan kering Menurut Pramono, A (2008) kebutuhan
berat kering pakan ternak adalah sebesar 3% dari bobot tubuhnya, sehingga rata-rata ternak ruminansia membutuhkan 9-12 kg berat kering setiap harinya.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Adapun bahan yang digunak dalam penelit adalah : padang
penggembalaan alam Kaliatan Lombok Timur dan rumput dan legume serta tumbuhan
lainya yang bisa dimakan oleh ternak.
Alat-alat penelitian
Adapun alat penelitian
yang digunakan dalam penelitian adalah : Kuadran berukuran 1 x 1 m², Sabit,
Spidol, Kamera, Plastik
untuk membungkus sampel,
Timbangan analitik dengan kepekaan
0.1 mg, Cawan porselin/silica disk, Desikator/eksikator, Tang penjepit, Oven suhu 105ºC.
Cara
Penelitian
Dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua tahap
pelaksanaan untuk komposisi botani yaitu tahap survai (observasi) sekaligus
pengambilan sampel dan tahap
menganalisis bahan kering (BK) sampel.
a.
Penelitian tahap survai dan pengambilan sampel.
Pengambilan sampel pada padang
penggembalaan digunakan petunjuk Hall (1964) yang dikutip Susetyo (1980)
sebagai berikut :
1. Menentukan
lokasi pengambilan sampel.
2.
Menyiapkan bujur sangkar dengan
ukuran 1 x 1 m²
3. Melempar
bujur sangkar atau kuadran ke arah depan. pada cuplikan pertama dilakukan
secara acak dalam memilih varietas rumput dan legum secara acak.
4. Hijauan
di dalam kuadran dipotong menggunakan sabit kemudian dipotong sedekat mungkin
dari permukaan tanah dan hijauan hasil pemotongan dimasukkan ke dalam plastik
5. Tahap
selanjutnya sampling yang telah di peroleh dipisah-pisahkan menurut jenisnya
yang dibagi dalam 4 jenis yaitu rumput, leguminosa, tanaman lain makanan
ternak, dan gulma, setelah melakukan pemisahan sampling dimasukkan kedalam
amplop lalu dikeringkan selama tiga hari dan melakukan penimbangan sampling.
6. Untuk
cuplikan ke dua diukur ke arah kanan atau kiri sejauh 5 langkah sampai 10
langkah. Jarak cuplikan pertama dan kedua disebut satu cluster.
7. Pengambilan sampling yang ke 2 smpai 100 kali
lemaparan kuadran yang diukur dengan jarak 100 – 125 meter tergak lurus dengan cluster pertama dan disesuaikan dengan
luas padang penggembalaan yang tersedia.
b.
Penelitian tahap analisis
sampel.
1.
Identifikasi
jenis hijauan adalah sampel yang diperoleh dari padang penggembalaan alam
kemudian di pilah-pilah dengan tujuan untuk membedakan antara jenis legum dan
gramineae kemudian di identifikasi secara klasifikasi ilmiah.
2.
Analisa
Komposisi Kimia adalah prisip dalam penelitian ini yaitu : penguapan air dalam
pakan hijauan dengan pengeringan dalam oven dengan suhu 105ºC dengan tekanan titik didih 1 atm, dalam jangka waktu tertentu
(3-24 jam), sehingga seluruh air yang terdapat dalam pakan hijauan menguap atau
bahan tidak sunsut lagi. Analisis komposisi kimianya di Laboratorium Nutrisi
Makanan Ternak Fakultas Peternakan meliputi bahan kering (BK).
c.
Penentuan
Bahan Kering Sampel
1.
Cawan poselin yang sudah bersih
dikeringkan dalam oven pengeringan pada suhu 105ºC selama 1 jam.
2.
Selanjutnya cawan porselin
didinginkan dalam desikator selama 1 jam (setara dengan suhu kamar), kemudian
ditimbang dalam keadaan tertutup (A g).
3.
Sampel sebanyak 1.5 – 2.0 g
dimasukan ke dalam cawan porselin (B g).
4.
Kemudian dikeringkan dalam oven
105ºC selama 8 – 12 jam.
5.
Setelah itu cawan yang berisi sampel
didinginkan di dalam desikator selama 1 jam, kemudian ditimbang (C g).
Rumus :
Kadar Bahan Kering = 100% - % Kadar Air
Variable Pengamatan
Variable
utama yang diamati adalah komposisi botani dan variable
penunjang yang diamati adalah kondisi iklim, kondisi tanah, topografi .
Analisis Data
Analisis komposisi botani
dapat dilakukan secara kuantitatif untuk mengetahui komposisi atau susunan
spesies hijauan. Menurut Mannetje dan
Haydock (1963), analisis komposisi botani untuk menentukan persentase vegetasi
yang dapat dimanfaatkan oleh ternak.
Analisis ini menggunakan
metode Dry Weight Rank (DWR) yaitu dengan menaksir komposisi botani
bahan kering tanpa melakukan pemotongan dan pemisahan spesies hijauan. Metode DWR digunakan dengan mengobservasi hanya
tiga jenis hijauan yang mempunyai kontribusi besar yang ditemukan dalam kuadran
(ranking 1, 2, dan 3). Selanjutnya dikalikan dengan angka konstanta
berturut-turut 8,02; 2,41; dan 1 (jika total tidak sama) atau angka koefisien
70,2; 21,1; dan 8,7 (jika total sama).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat frekuensi dan persentase
frekuensi setiap spesies tanaman
Tabel 1. Tingkat frekuensi dan persentase frekuensi setiap
spesies tanaman
Sampel
|
Spesies
tanaman
|
Ket
|
Tingkat
Freuensi
|
Persentase
Frekuensi (%)
|
1
|
Desmodium triflorum
|
L
|
88
|
35.06
|
2
|
Ishaemum timorense
|
R
|
74
|
29.48
|
3
|
Chrysopogon aciculatus
|
R
|
49
|
19.52
|
4
|
L.americana
|
L
|
25
|
9.96
|
5
|
Cyperus rotundes
|
R
|
12
|
4.78
|
6
|
Desmodium sp
|
L
|
2
|
0.80
|
7
|
Jatropha
|
L
|
1
|
0.40
|
Total
|
251
|
100
|
Interpretasi : berdasarkan hasil perhitungan
komposisi botani hijauan padang Alam Kaliatan Lombok Timur yang di lihat dari
aspek frekuensi (keseringan), hijauan di dominasi oleh Desmodium Triflorum dengn frekuensi 35.06 %; kemudian disusul
oleh Timorense dengan frekuensi 29.48 %; Chrysopogon Aciculatus dengan frekuensi 19.52
%; L.Americana, dengn frekuensi 9.96 %; Ishaemum Cyperus Rotundes dengan frekuensi 4.78; Desmodium SP dengn frekuensi 0.80%; dan Jatropha dengan
frekuensi 0.40%.
Menutut
Susetyo, 1981. Padang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50 %
rumput dan 50 % legume.
Berdasarkan
hasil penelitian dari aspek frekuensi (keseringan) dari 7 (tujuh ) jenis hijauan yang terdapat di padang
penggembalaan alam Kaliantan Lombok Timur yaitu: pertama rumput yang terdiri
dari Chrysopogon Aciculatus 19.52 %; Ishaemum
Timorense 29.48 %; Cyperus Rotundes 4.78. legume
yang terdiri dari Desmodium Triflorum 35.06 %; L.Americana, 9.96 %; Desmodium SP 0.80%; dan Jatropha 0.40%.
1.
Desmodium triflorum
Desmodium triflorum ini
merupakan Kingdom: Plantae, Family: Fabaceae,
Genus: Desmodium dan merupakan Species: D.
triflorum. Tumbuhan
ini merupakan tumbuhan yang bersujud legum tahunan atau tahunan kecil dengan
akar tunggang kayu. Sangat bercabang batang sampai 50 cm yang membentuk tikar. Trifoliate daun dengan selebaran panjang
hingga 12 mm dan 10 mm lebar. Perbungaan dengan sekelompok 1-3 pink bunga ungu di axils daun. Polong datar, tersegmentasi, 6-18 mm long dan 2-3,5 mm
lebar dengan 3-5 artikel, dan ditutupi dengan menit rambut ketagihan. Bagian
atas jahitan lurus dan jahitan yang lebih rendah mengerut antara artikel.
Polong memecah menjadi segmen saat matang. Benih segi empat untuk ca. bundar
1,2 x 1,7 mm. yang ditemukan pada berbagai jenis tanah, termasuk asam, tanah Al
tinggi dan dapat di temukan Terjadi di daerah tropis yang lembab dan subtropis
hangat dengan lebih dari 1.200 curah hujan mm; berperilaku sebagai abadi di
bawah curah hujan yang didistribusikan dan tahunan di bawah curah hujan
musiman. Ini akan bertahan pertengahan musim periode kering. Daunya sangat
toleran terhadap naungan, menjadi lebih dominan daripada rumput di bawah
naungan kanopi semak. Tetap di bawah tanaman perkebunan tumbuhan ini tahan
terhadap penggembalaan berat dan sering memotong rumput tumbuhan D. triflorum jarang dibakar dengan api
panas karena beban bahan bakar rendah, tetapi tanaman dapat membangun kembali
dari batang bawah atau bibit. Karena spesies
ini memiliki hubungan simbiosis dengan bakteri tanah tertentu; bakteri ini
membentuk nodul pada akar dan
memperbaiki nitrogen atmosfer. Beberapa nitrogen ini dimanfaatkan oleh tanaman
yang tumbuh tetapi beberapa juga dapat digunakan oleh tanaman lain yang tumbuh
di dekatnya (Anonim, 2016).
2.
Ischaemum timorense
Ischaemum timorense merupakan
kingdom: plantae, kelas Magnoliopsida dan spesies Ischaemum timorense Kunth dan Rumput menahun dengan akar rimpang yang panjang. Pelepah daun berwarna
hijau terang atau ungu yang agak bertumpuk-tumpuk dengan helaian daun yang
sangat pendek dan memiliki panjang 3-6 cm, bentuk
melanset-membundar telur sampai memita. Perbungaan terminal, terdiri dari 2
tandan yang menyatu, buliran berpasang-pasangan, satu melekat dan satu
bertangkai, warna jerami; buliran yang melekat gundul, sedangkan buliran yang
bertangkai berambut.
Daerah penyebaran Asia: India, Indonesia, Negara Federasi Mikronesia, Malaysia, Myanmar, Palau, Papua Nugini, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Timor-Leste, Vietnam. Ditemukan di pinggir jalan berumput, bank teras, bersama parit dan margin hutan, dan sebagai gulma di sawah dataran tinggi.
Nilai gizi baik daun kualitas tetapi mungkin dibatasi oleh kesuburan tanah yang rendah dan curah terbatas. nilai protein kasar dalam 3 minggu pertumbuhan kembali baik dibuahi I. Timorense telah diukur pada 20%, dan 16% pada 6 minggu, dengan tingkat di daun ganda yang ada di batang. tahap yang sama dari pertumbuhan kembali telah diukur pada 11% dan 7% masing-masing.
Kandungan bahan kering umumnya tidak sangat produktif, khususnya di bawah penggembalaan berat, meskipun hasil hingga 30 ton/ ha hijauan segar telah diukur. (Anonim, 2017).
3.
Chrysopogon aciculatus
Chrysopogon aciculatus merupakan
kingdom dari plantae, family poaceae dan species C. Aciculatus. Chrysopogon aciculatus (syn. Andropogon aciculatus) adalah spesies
rumput asli daerah tropis Asia, Polinesia, dan Australia pada ketinggian
rendah. Rumput ini secara luas dianggap sebagai spesies invasif, tetapi
beberapa budaya menggunakannya untuk tujuan pengobatan. berbunga batang sekitar
20 hingga 60 cm tinggi dan daunnya linear-lanset dan sekitar 3 sampai 10 cm
panjang dengan 4 sampai 6 cm lebar. Malai yang keunguan, terbuka dan dengan
beberapa cabang whorled dan dapat mencapai sekitar 5 cm panjang, bantalan
beberapa berbunga paku. The gabah sessile sangat sempit, sekitar 3 milimeter
panjang. kalus yang memanjang dan berduri dan glume keempat adalah linear, acuminate, dan awned. (Anonim, 2015).
4.
Cyperus rotundes
Cyperus
rotundes merupakan kingdom plantae, ordo poales, family
cyperaceae, genus cyperus dan spesies C. rotundes. Hijauan yang
tergolong masuk kelompok legume ini dikenal dengan sebutan rumput teki di
Negara Indonesia merupakan legume pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki",
biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip.
Teki sangat adaptif dan karena itu
menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter,
sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar
di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap
genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan. Dan ia termasuk dalam tumbuhan berfotosintesis melalui jalur. Cyperus rotundus adalah tanaman abadi, yang bisa mencapai ketinggian hingga
140 cm (55 inci). Nama "kacang rumput" dan "kacang
sedongah" - dibagi dengan spesies terkait Cyperus esculentus -
berasal dari umbinya, yang agak menyerupai kacang-kacangan, walaupun secara
botani tidak ada hubungannya dengan kacang-kacangan. Seperti pada Cyperaceae
lainnya, daun tumbuh di jajaran tiga dari pangkal tanaman, sekitar 5-20 cm.
Batang bunga memiliki penampang segitiga. Bunga itu biseksual dan memiliki tiga
stamina dan tiga stigma carpel, dengan bunga kepala memiliki 3-8 sinar yang
tidak setara. Buahnya pingsan tiga sudut, Sistem akar tanaman muda awalnya
membentuk rimpang putih dan berdaging, berdiameter hingga 25 mm, dalam rantai.
Beberapa rimpang tumbuh ke atas di dalam tanah, kemudian membentuk struktur
seperti bola dari mana tunas dan akar baru tumbuh, dan dari akar baru, rimpang
baru tumbuh. Rimpang lainnya tumbuh secara horisontal atau ke bawah, dan
membentuk umbi coklat kemerahan tua atau rantai umbi. (Anonim, 2016)
5.
Desmodium SP
Desmodium SP merupakan Common name ticktrefoil, Family name fabaceae, plant form herb, flower color pink
dan monocot dicot . Desmodium SP. adalah salah satu genus dari suku Fabaceae. Genus Desmodium memiliki lebih dari 250 anggota species tumbuhan herba dan berukuran kecil. Genus Desmodium adalah
anggota besar Papilionaceae atau Fabaceae.
Spesies tanaman dari genus ini banyak yang digunakan untuk bahan makanan
dan obat-obatan herbal. Species dari Desmodium mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid, fenol, phenylpropanoids, glikosida dan sejumlah minyak atsiri
dan sering digunakan dalam pengobatan
tradisional Cina untuk mengobati
berbagai penyakit seperti rematik, demam, disentri, luka, batuk, malaria,
hepatitis, hemoptisis. Dalam teori Pengobatan Tradisional Cina, sebagian besar
spesies tersebut memiliki efek mengurangi demam, menetralkan racun, menghambat
nyeri, menyegarkan sirkulasi darah, menekan batuk dan mengurangi dyspnea.
6.
Jatropha
Jatropha
merupakan kingdom plante, family euphorbiaceae,
tribe jatropheae dan
genus jatropha. Jatropha adalah genus
tanaman berbunga dalam
keluarga spurge, Euphorbiaceae. Nama
itu berasal dari kata Yunani ἰατρός (iatros), yang berarti
"dokter", dan τροφή (trophe), yang berarti
"nutrisi", maka nama umumnya adalah kacang fisik. Nama umum lainnya
adalah nettlespurge. Ini berisi
sekitar 170 spesies tanaman sukulen, semak belukar dan pepohonan (ada pula yang
gugur, seperti jarak pagar). Sebagian besar berasal dari Amerika, dengan 66
spesies ditemukan di Dunia Lama. Tanaman menghasilkan bunga jantan dan betina
terpisah. Seperti banyak anggota keluarga Euphorbiaceae,
Jatropha mengandung senyawa yang sangat beracun. Spesies jarak secara
tradisional telah digunakan dalam produksi keranjang, penyamakan dan pewarna.
Pada tahun 2000an, satu spesies, Jatropha curcas, menghasilkan bunga sebagai
tanaman minyak untuk produksi biodiesel.
Minyak
dari Jatropha curcas terutama diubah menjadi biodiesel untuk digunakan pada
mesin diesel. Kue tersebut bisa digunakan untuk pakan ikan atau hewan (jika
didetoksifikasi), bahan baku biomassa untuk pembangkit listrik, atau sebagai
biogas atau pupuk organik berkualitas tinggi. Pada tahun 2007, Goldman Sachs
mengutip Jatropha curcas sebagai salah satu kandidat terbaik untuk produksi
biodiesel di masa depan. Ini tahan terhadap kekeringan dan hama, dan
menghasilkan biji yang mengandung minyak 27-40%, rata-rata 34,4%. Ampas biji jarak pagar setelah ekstraksi
minyak juga dapat dipertimbangkan untuk produksi energi. Namun, walaupun
kelimpahan dan penggunaannya sebagai tanaman minyak dan reklamasi, tidak
satupun spesies Jatropha telah dibudidayakan
dengan baik dan, sebagai hasilnya, produktivitas Jatropha bervariasi, dan dampak jangka panjang dari penggunaan
skala besar Jatropha pada kualitas
tanah dan Lingkungan tidak diketahui.
Penelitian
2009 menemukan bahwa produksi biodiesel jarak pagar membutuhkan lebih banyak
air daripada tanaman biofuel umum lainnya
Pengukuran produksi biomasa pasture.
Berdasarkan hasil
pengukuran produksi boimas pasture di padang penggembalaan Kaliatan Lombok
Timur adalah yang pertama jumlah rata-rata produksi berat segar per m² adalah 1,72
kg sedangkan untuk jumlah rata-rata produksi berat segar per hektar adalah
1,720 kg.
Pengukuran
daya tampung
Tabel 2. Populasi ternak Desa Seriwe
Lombok Timur tahun 2016.
Jenis
Ternak
|
Jumlah
ternak
|
Satuan
Ternak
|
UT
|
Sapi
|
15
|
1
|
15
|
Kerbau
|
4
|
1
|
4
|
Kambing
|
481
|
0.14
|
67.34
|
Jumlah
|
500
|
2.14
|
86.34
|
Bedasarkan sumber data
dari buku investasi aset Desa Seriwe Kec. Jerowaru Kabupaten Lombok Timur 2016,
luas padang penggembalaan kaliatan Lombok Timur (Tambah Bolek) adalah: 103
(1,300) m² dan berdsarkan informasi yang diperoleh dari pegawai Kantor Desa
Seriwe, jumlah ternak yang dipelihara oleh masyarakat Desa Seriwe yaitu: 86,34
UT dengan umur ternak rata-rata deawasa yang membutuhakan pakan 10% dari BB
ternak yaitu 78 ton/th dikali 360 hari (1th) = 28.08 ton/th. Diasumsikan
rata-rata umur panen hijauan 45 hari pada musim kemarau diamsumsikan setengah
dari produksi musim hujan dengan Proper Use Factor
(PUF) medium 40% dan jumlah produksi rata-rata padang penggembalaan alam Kaliantan
Lombok Timur 172 ton/ha dengan luas 103 (1.300 m²) adalah:
1.
Produksi hijauan selama 6 bulan pada
musim hujan dengan rata-rata umur panen 45 hari yaitu 40% kali 172 ton per
hektar = 6.88 ton jumlah produksi.
2.
Produksi hijauan pada musim kemarau
diasumsikan setengah dari musim hujan yaitu 6.88 ton dibagi 2 = 3.44 ton per
hektar
3.
Jadi jumlah produksi hijauan selama
satu tahun yaitu: 6.88 ton + 3.44 ton = 10.32 ton per tahun.
4.
Daya tampung padang penggembalaan
Kaliantan Lombok Timur yaitu 10.32 ton per tahun dibagi 28.08 ton per tahun =
0.36 UT.
5.
Luas padang penggembalaan Kalianta
Lombok Timur yaitu 103 hektar dikali daya tampung 0.36 UT = 37.08 UT.
Padang penggembalaan Kaliantan Lombok Timur dapat menampung
Unit Ternak sebanyak 37.08 UT. Sementara jumlah ternak yang digembalakan 86.34
UT. Jadi selisihnya 49.26 UT ternak yang mengalami kekurangan pakan. Untuk
digaris bawahi umur ternak rata-rata dewasa untuk mengetahui jumlah kebutuhan
pakan hijauan yang 10% dari BB ternak dikarenakan data umur ternak yang
diperoleh dari Desa Seriwe merupakan lokasi penelitian tidak tersedia.
Dengan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa padang
penggembalaan Kaliantan Lombok Timur mengalami kekurangan produksi hijauan
dengan kata lain perlu
adanya campur tangan dari peternak untuk mencarikan pakan hijauan tambahan agar
kebutuhan pakan ternak dapat tercukupi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa komposisi botani padang penggembalaan alam
Kaliantan Lombok Timur yaitu pertama rumput yang terdiri dari chrysopogon
aciculatus 19.52 %;
Ishaemum timorense 29.48 %; Cyperus
rotundes 4.78. legume yang
terdiri dari Desmodium triflorum 35.06 %; L.Americana, 9.96 %; Desmodium sp 0.80%; dan Jatropha 0.40%.
Daya tampung padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur
dapat menapung unit ternak sebanyak 37,08 UT. Hijauan yang tersedia belum
mencukupi kebutuhan ternak yang ada.
Rata-rata kandungan bahan
kering hijauan yang tersedia adalah: kandungan air 1.54
%, bahan kering 24.58 %, abu 3.68 % dan bahan oganik 21.99 %.
Saran
Untuk memenuhi kekurangan
hijauan peternak perlu menanam rumput maupun legume misalkan dengan cara:
1.
Menanam
tanaman legume pakan seperti: (tanaman
turi, lamtoro dan gamal)
2.
Menanam
rumput unggul.
3.
Memanfaatkan
limbah pertanian sebagai pakan.
RINGKASAN
Kaliantan merupakan
daerah yang berada di ujung selatan Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur,
terletak dipinggir pantai kerap dijadikan wista dan tempat pesta pantai yang
diadakan satu kali setahun oleh masyarakat Lombok timur yang dikenal dengan bau
nyale. Masyakat di wilayah ini sebagian besar mata pencarianya dari bertani,
nelayan dan budidaya rumput laun, sedangkan untuk usaha peternakan masih
dilakukan secara tradisional dan sistem pengemblaan ternak secara liar.
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui
jenis-jenis hijauan yang tumbuh di padang pengembalaan alam Kaliantan Lombok
Timur.
Dalam penelitian ini, dibagi menjadi
dua tahap pelaksanaan untuk komposisi botani yaitu tahap survai (observasi)
sekaligus pengambilan sampel dan tahap menganalisis bahan kering (BK) sampel.
Berdasarkan hasil
penelitian dari aspek frekuensi (keseringan) dari 7 (tujuh ) jenis hijauan yang terdapat di padang
penggembalaan alam Kaliantan Lombok Timur yaitu: pertama rumput yang terdiri
dari Chrysopogon Aciculatus 19.52 %; Ishaemum
Timorense 29.48 %; Cyperus Rotundes 4.78. legume
yang terdiri dari Desmodium Triflorum 35.06 %; L.Americana, 9.96 %; Desmodium SP 0.80%; dan Jatropha 0.40%.
Daya tampung padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur
dapat menapung Unit Ternak sebanyak 37.08 UT. Sementara jumlah ternak yang
digembalakan 86.34 UT. Jadi selisihnya 49.26 UT ternak yang mengalami
kekurangan pakan.
Berdasarkan hasil
penelitian dilaboraturium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Mataram menggunakan metode analisi proksimat untuk mengetahui
kandungan bahan kering dari pastura yang ada pada padang penggembalaan alam
Kaliatan Lombok Timur menjukan dari tiga kali Ulangan yaitu bahan kering relative tinggi dengan rata-rata
kandungan air : 1.54 %, bahan kering : 24.58 %, kadar abu : 3.68 %, dan bahan organic
: 21.99 % kandungan bahan kering ini tidak jauh berbeda dengan patura yang
tumbuh di alam pada umumnya.
Hasil penelitian dapat
disimpulkan komposisi botani padang penggembalaan Kaliatan Lombok timur terdiri
dari Desmodium triflorum 34,51 %, Ishaemum timorense
29,02 %, Chrysopogon
aciculatus 19,61
%, L.americana 9,80 %, Cyperus
rotundes 5,88
%, Desmodium sp 0,78 %, dan Jatropha
0,39 %. Dan daya
tampung padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur dapat menapung Unit Ternak
sebanyak 37.08 UT. Hijauan yang tersedia belum mencukupi kebutuhan ternak yang
ada. Untuk memenuhi
kekurangan hijauan peternak perlu menanam rumput maupun legume misalkan dengan
cara: menanam
tanaman legume pakan seperti: (tanaman
turi, lamtoro dan gamal), menaanam rumput unggul, memanfaatkan limbah pertanian
sebagai pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Aboenawan, L. 1991., Pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan
total digestible nutrien (TDN) pellet isi rumen dibanding pellet rumput pada
domba jantan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Anonymous. 1995. Science Laboratories: Fixtures
and Furnitures. Physical Biological Science Sections Advisory Inspectorate
Education Department
anonim, 2010., HMT
[Hijauan Makanan Ternak]. https://balikpapanagrispace.
wordpress.com/2010/04/07/hmt-hijauan makanan-ternak/.Di Akses pada Tanggal 15 Oktober
2016
2014., Luas Lahan Menurut Jenis dan Kecamatan di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014 (Ha). https://lomboktimurkab.bps.go.id/linkTableDina
Mis/view/id/3. Diakses pada Tanggal 1 Oktober 2016.
2014., Jumlah Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak
Tahun 2014. https://lomboktimurkab.bps.go.id/LinkTableDinamis/view/id/26. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2016.
2015,. Chrysopogon
Aciculatus https://en.
wikipedia.org/ wiki/ Chrysopogo n aciculatus
Diakses pada Tanggal 15 Maret 2017.
Cockrill,
W.R. 1974. Observations on Skin Colour and Hair Patterns. Dalam : Cockrill,
W.R. (Editor). 1974. The Husbandry and Health of the Domestic Buffalo. Food and
Agriculture Organization of the United Nations, Roma, Italy.
Gilliland, H.B., Holttum, R.E. and Bor, N.L.
(1971) A Revised Flora of Malaya Volume III Grasses of Malaya.
(The Botanic Gardens: Singapore).
HARTADI, H., l.C.
KEARL,
S. REKSOHADIPRODJO, l.E.
Ipor, I.B., Baki, B.B. and Chen, C.P.
(1992) Ischaemum
timorense Kunth. In: 't Mannetje, L. and Jones, R.M.
(eds) Plant Resources of South-East Asia No. 4. Forages. pp.
148–149. (Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, the Netherlands).
Kismono, L. 1979. Pasture Establishment. Fakultas
peternakan IPB. Bogor
Mcilroy, R. J. 1976. Pengantar
Budidaya Padang Rumput Tropika.
Alih Bahasa Soedarmadi S. S., & I. Kismono. Pradnya
Pramita, Jakarta.
Mannetje,
L. & K. P. Haydock. 1963. The dry weight rank method for the botanical
analysis of pasture. J. British Grassland Society. Vol. 18.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropika.BPFE, Yogyakarta.
Reksohadiprodjo, S., 1994. Produksi
Tanaman Hijauan Makanan TernakTropik. BPFE, Yogyakarta.
Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan
Tropik.
Edisi kedua. BPFE.Yogyakarta.
Subagyo
I, Kusmartono 1988. Ilmu Kultur Padangan. Malang: Nuffic, Fakultas
Peternakan Universitas
Brawijaya.
Susetyo,
B. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak
Fakultas Peternakan IPB.
Bogor.
Susetyo,
S. 1981.
Padang Penggembalaan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soedomo-Reksohadiprodjo, Ristianto-Utomo,
1983. Adaptasi Hijauan Pakan Tropik Terjadap Lingkungannya. Makalah Latihan
“Fodder Seed and Forage Development” Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. 4 – 5, 30
Soerjani, M., Kostermans, A.J.H.G. and Tjitrosoepomo, G. (1987) Weeds
of Rice in Indonesia . BIOTROP, Bogor, Indonesia.
Pramono, S.
2008. Pesona Sansevieria. PT.
Agromedia Pustaka, Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran
1. Hail penelitian dipadang penggembalaan Kaliantan
Lombok Timur dengan metode lempar kuadran yang beukuran 1 x 1 m² dengan 100
kali lemparan
No
sampel
|
Spesies
HMT (gr)
|
Total
berat segar sampel (gr)
|
Total
Berat kering udara sampel (gr)
|
||
1
|
2
|
3
|
|||
1
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
250
|
60.1
|
|
2
|
Ishaemum Timorense
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
240
|
30.2
|
3
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
140
|
30.2
|
4
|
L. Americana
|
Ishaemum Timorense
|
Chrysopogon Aciculatus
|
240
|
40.1
|
5
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
100
|
20.3
|
6
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
L. Americana
|
150
|
25.3
|
7
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
90
|
10.1
|
|
8
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
100
|
40.1
|
|
9
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
L. Americana
|
100
|
40.1
|
10
|
Chrysopogon Aciculatus
|
130
|
20
|
||
11
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
270
|
70.1
|
12
|
Ishaemum Timorense
|
Chrysopogon Aciculatus
|
60
|
10.1
|
|
13
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
L. Americana
|
250
|
20.2
|
14
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
90
|
20.1
|
|
15
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
100
|
20.1
|
|
16
|
Ishaemum Timorense
|
130
|
35
|
||
17
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
L. Americana
|
160
|
40.2
|
18
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
L. Americana
|
160
|
50.3
|
19
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
260
|
110.1
|
|
20
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
140
|
40.1
|
|
21
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
210
|
75.1
|
22
|
Ishaemum Timorense
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
270
|
60.1
|
23
|
Ishaemum Timorense
|
Cyperus Rotundes
|
300
|
90.1
|
|
24
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
400
|
70.1
|
|
25
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
180
|
50.1
|
|
26
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
120
|
30.1
|
|
27
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
190
|
50.1
|
|
28
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
L. Americana
|
190
|
50.2
|
29
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
130
|
35.1
|
|
30
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
80
|
10.2
|
31
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
l. Americana
|
200
|
25.3
|
32
|
Chrysopogon Aciculatus
|
100
|
20
|
||
33
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
160
|
45.1
|
|
34
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
190
|
50.1
|
|
35
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
160
|
50.1
|
|
36
|
Chrysopogon Aciculatus
|
110
|
30
|
||
37
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
150
|
25.1
|
|
38
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
160
|
50.1
|
|
39
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
160
|
45.1
|
|
40
|
Chrysopogon Aciculatus
|
L.Americana
|
120
|
35.1
|
|
41
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
200
|
50.1
|
|
42
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
170
|
50.1
|
|
43
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
160
|
50.1
|
|
44
|
L.Americana
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
170
|
30.1
|
45
|
Cyperus Rotundes
|
Desmodium Triflorum
|
L.Americana
|
150
|
50.3
|
46
|
Cyperus Rotundes
|
Ishaemum Timorense
|
L.Americana
|
200
|
50.2
|
47
|
Cyperus Rotundes
|
Desmodium Triflorum
|
120
|
35
|
|
48
|
Ishaemum Timorense
|
Cyperus Rotundes
|
Desmodium Triflorum
|
100
|
30.1
|
49
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
140
|
40.1
|
|
50
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
L.Americana
|
100
|
20.3
|
51
|
L.Americana
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
120
|
10.3
|
52
|
Ishaemum Timorense
|
L.Americana
|
110
|
10.1
|
|
53
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
310
|
60.1
|
|
54
|
L.Americana
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
150
|
30.2
|
55
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
200
|
50.1
|
|
56
|
Desmodium Triflorum
|
L.Americana
|
180
|
35.1
|
|
57
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
230
|
75.2
|
58
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
L.Americana
|
130
|
40.3
|
59
|
L.Americana
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
300
|
100.2
|
60
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
300
|
80.1
|
61
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
220
|
60.1
|
|
62
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
260
|
50.1
|
|
63
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
270
|
40.1
|
|
64
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
320
|
100.1
|
|
65
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
230
|
90
|
66
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
150
|
40.1
|
67
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
170
|
4.6
|
|
68
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
240
|
35.1
|
69
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
210
|
30.1
|
70
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
80
|
15.1
|
|
71
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
160
|
40.1
|
72
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
160
|
30.1
|
73
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
270
|
90.1
|
|
74
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
L.Americana
|
110
|
40.2
|
75
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
L.Americana
|
100
|
0.4
|
76
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
160
|
40.1
|
|
77
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
180
|
60.1
|
|
78
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
140
|
40.1
|
|
79
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
140
|
60.1
|
|
80
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
170
|
35.1
|
|
81
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
150
|
30.2
|
82
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
200
|
60.2
|
83
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
120
|
60.1
|
|
84
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
330
|
60.1
|
|
85
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
Cyperus Rotundes
|
150
|
50.1
|
86
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
210
|
40.1
|
|
87
|
L.Americana
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
150
|
30.1
|
88
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
Cyperus Rotundes
|
120
|
25.2
|
89
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
160
|
50.1
|
|
90
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
Cyperus Rotundes
|
150
|
60.2
|
91
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
180
|
60.1
|
|
92
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
160
|
50.2
|
93
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
160
|
35.1
|
94
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
150
|
30.1
|
|
95
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
180
|
50.1
|
96
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
160
|
50.1
|
|
97
|
chrysopogon Aciculatus
|
Ishaemum Timorense
|
Desmodium Triflorum
|
280
|
100.1
|
98
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
270
|
60.1
|
|
99
|
Chrysopogon Aciculatus
|
Desmodium Triflorum
|
180
|
40.1
|
|
100
|
Ishaemum Timorense
|
Cyperus Rotundes
|
160
|
30.2
|
|
Total sampel (kg)
|
172.00
|
44.18
|
Lampiarn
2. Pengamatan frekuensi
tanaman (keseringan) dan bulking
No Sampel
|
Spesies
tanaman
|
||
1
|
2
|
3
|
|
1
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
2
|
Ishaemum timorense
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
3
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
4
|
L.americana
|
Ishaemum timorense
|
Chrysopogon aciculatus
|
5
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
6
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
L.americana
|
7
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
8
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
9
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
L.americana
|
10
|
Chrysopogon aciculatus
|
-
|
-
|
11
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
12
|
Ishaemum timorense
|
Chrysopogon aciculatus
|
|
13
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
L.americana
|
14
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
15
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
16
|
Ishaemum timorense
|
-
|
-
|
17
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
L.americana
|
18
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
L.americana
|
19
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
20
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
21
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
22
|
Ishaemum timorense
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
23
|
Ishaemum timorense
|
Cyperus rotundes
|
-
|
24
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
25
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
26
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
27
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
28
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
L.americana
|
29
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
30
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
31
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
L.americana
|
32
|
Chrysopogon aciculatus
|
-
|
-
|
33
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
34
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
-
|
35
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
36
|
Chrysopogon aciculatus
|
-
|
-
|
37
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
38
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
39
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
40
|
Chrysopogon aciculatus
|
L.americana
|
-
|
41
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
42
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
43
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
44
|
L.americana
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
45
|
Cyperus rotundes
|
Desmodium triflorum
|
L.americana
|
46
|
Cyperus rotundes
|
Ishaemum timorense
|
L.americana
|
47
|
Cyperus rotundes
|
Desmodium triflorum
|
-
|
48
|
Ishaemum timorense
|
Cyperus rotundes
|
Desmodium triflorum
|
49
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
50
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
L.americana
|
51
|
L.americana
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
52
|
Ishaemum timorense
|
L.americana
|
-
|
53
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
54
|
L.americana
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
55
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
56
|
Desmodium triflorum
|
L.americana
|
-
|
57
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
58
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
L.americana
|
59
|
L.americana
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
60
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
61
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
62
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
63
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
64
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
65
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
66
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
67
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
68
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
69
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
70
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
71
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
72
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
73
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
74
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
L.americana
|
75
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
L.americana
|
76
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
77
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
78
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
79
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
80
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
81
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
82
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
83
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
84
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
85
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
Cyperus rotundes
|
86
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
|
87
|
L.americana
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
88
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
Cyperus rotundes
|
89
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
-
|
90
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
Cyperus rotundes
|
91
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
-
|
92
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
93
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
94
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
|
95
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
96
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
|
97
|
Chrysopogon aciculatus
|
Ishaemum timorense
|
Desmodium triflorum
|
98
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
99
|
Chrysopogon aciculatus
|
Desmodium triflorum
|
-
|
100
|
Ishaemum timorense
|
Cyperus rotundes
|
-
|
Lampiran
3. Ranking, Faktor Pengali, Skor dan DW.
NO
|
Jenis Hijauan
|
Ranking
|
Persentase (%)
|
Faktor Pengali
|
Skor
|
Total DW (%)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
8.04
|
2.41
|
1.04
|
||||
1
|
Ishaemum timorense
|
45
|
28
|
0
|
0.48
|
0.30
|
0.00
|
3.85
|
0.73
|
0.00
|
4.58
|
39.88
|
2
|
Chrysopogon aciculatus
|
45
|
3
|
1
|
0.48
|
0.03
|
0.03
|
3.85
|
0.08
|
0.03
|
3.96
|
34.47
|
3
|
Cyperus rotundes
|
3
|
2
|
3
|
0.03
|
0.02
|
0.10
|
0.26
|
0.05
|
0.10
|
0.41
|
3.57
|
4
|
Desmodium triflorum
|
1
|
59
|
27
|
0.01
|
0.64
|
0.87
|
0.09
|
1.55
|
0.91
|
2.54
|
22.08
|
Total
|
94
|
92
|
31
|
11.49
|
100.00
|
Interpretasi : Bedasarkan hasil perhitungan komposisi botani
dengan teknik DWR, hijauan yang diukur
dan didominasi oleh Ishaemum timorense (39.88 %); kemudian disusul oleh Chrysopogon
aciculatus (34.47 %); Desmodium triflorum (22.08%) dan Cyperus rotundes (22.08%).
Lampiaran 4. Proses
pengambilan dan pengeringan sampel
Penimbangan sampel untuk BB basah
|
|
Pengukuran jarak culikan
|
Pengeringan sampel
|
Proses indentifikasi sampel
|
Penimbangan sampel
|
Lampiran 5. Kandungan
nutrisi HMT padang penggembalaan kaliantan Lombok Timur
Sampel
|
Kandungan Air %
|
Bahan Kering (BK %)
|
Kadar Abu ( %)
|
Bahan Organik (BO %)
|
LR.1
|
2.3761
|
24.6288
|
4.3352
|
21.3509
|
LR.2
|
1.0804
|
24.6056
|
4.1850
|
21.5011
|
LR.3
|
1.1668
|
24.5193
|
2.5451
|
23.1409
|
Rata-rata
|
1.5411
|
24.5845
|
3.6884
|
21.9976
|
Standar Deviasi
|
0.72
|
0.06
|
0.99
|
0.99
|
Menurut Susetyo, 1981. Padang
penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50 % rumput dan 50 % legume.
Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki oleh suatu padangan
adalah 70 – 80 % untuk kadar air dan bahan keringnya 20 – 30 % .
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata kadungan
kadar air dan bahan kering hijauan yang tumbuh di padang penggembalaan alam Kaliantan
Lombok Timur yaitu :kandungan air 1,54 % dan kandungan bahan kering 24, 58 %. Dapat
disimpulkan bahwa besar kadungan kadar air dan kadunagan bahan kering tumbuhan
yang terdapat di padang penggembalaan alam Kaliatan Lombok Timur tidak beda
jauh dengan tumbuhan yang berada di padang penggembalaan alam lanya.
Lampiran 6. Luas
area padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur yang bersumber dari buku
investasi Desa Seriwe tahun 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis Satria
Sopiyandi dilahirkan Tanggal 07 Oktober 1987 di Jelok Buso, Pemongkong,
Dusun Jelok Buso Kec. Jerowaru Kab. Lombok Timur, merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara orang tua Bapak Ismail dan Ibu Ratemah
|
Riwayat Pendidikan Penulis sebagai berikut :
1.
Lulus
Sekolah Dasar pada Tahun 2002 di SD Negeri Pemongkong.
2.
Lulus
Sekolah Menengah Pertama 2008 di SMP Negeri 1 Jerowaru
3.
Lulus
Sekolah Menengah Kejuruan 2011 di SMK Negeri 1 Sakra
4.
Pada
tahun 2011 masuk Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada tahun 2017.
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
KOMPOSISI BOTANI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM
KALIANTAN LOMBOK TIMUR
OLEH
SATRIA SOPIYANDI
B1D 011 257
Telah Dipertahankan didepan Dewan Penguji
dan Dinyatakan Lulus pada Tanggal:
……………………2017
Mengetahui : Menyetujui
:
Fakultas Peternakan Dewan
Penguji :
Universitas Mataram
Dekan, Ketua,
NIP
: 19681231
199402 1001 NIP : 19620104 198603 1005
Anggota
I,
NIP
: 19611231 198703 1012
Anggota
II,
NIP
: 19550531 198603 1002
JM Hospitality, The Casino & Resort, CA Jobs - KT Hub
BalasHapusJM Hospitality, The Casino & 양산 출장마사지 Resort, CA Jobs · Location: 고양 출장안마 9.3 Miles away from 정읍 출장마사지 JM Hospitality, The Casino & Resort 계룡 출장마사지 · Additional Info · 여주 출장샵 Employment Details